Dikutip dari republika.co.id, Lembaga Penelitian IDI (Ikatan Dokter Indonesia) bekerja sama dengan PT Kalbe Farma Tbk melakukan program penjurian dan penghargaan karya penelitian perdananya. Menurut Daeng M. Faqih, Ketua Umum PB IDI, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan penelitian kesehatan yang masih tergolong rendah, terutama di kalangan kedokteran Indonesia.
“Selama ini, budaya riset khususnya di dunia kedokteran dan kesehatan tidak tampak. Sehingga ada tanggung jawab profesional bagi IDI untuk mendorong ini. Untuk mempersempit ketertinggalan itu, IDI membuka seluas-luasnya bagi dokter di Indonesia untuk memberikan kontribusi pemikiran berdasarkan evidence-based,” kata Daeng, di Jakarta (26/10/2019).
Berkaitan dengan program ini, Daeng berupaya membawa Lembaga Riset IDI yang dibentuknya bisa semakin kuat layaknya di negara lain. “Mimpi kita ingin seperti American Medical Association yang memiliki lembaga riset yang sangat kuat dan nantinya bisa jadi rujukan kebijakan pelayanan kesehatan, mendorong inovasi dan kualitas pelayanan di dunia kedokteran,” imbuhnya.
Lembaga Riset IDI dibentuk dengan tujuan meningkatkan kompetensi pelayanan kedokteran, mengejar ketertinggalan penguasaan teknologi kedokteran, mengembangkan inovasi pelayanan kedokteran, meningkatkan daya saing dan mengangkat marwah dokter Indonesia serta mengupayakan penggunaan hasil riset sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam sektor kesehatan.
Lalu Marhaen Hardjo, Ketua Lembaga Riset PB IDI, menambahkan bahwa dengan perencanaan penjurian hanya dengan waktu yang singkat, acara ini telah diikuti dengan antusias oleh sebaran peserta yang tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa saja, namun juga berasal dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, bahkan Papua.
Marhaen pun menjelaskan, dalam penjurian ini, penelitian yang dinilai adalah penelitian yang memberikan dampak positif di bidang kesehatan atau teknologi kesehatan, yang masuk kategori penelitian dasar, penelitian klinis dan epidemiologi kedokteran.
“Setelah kami seleksi, jumlah (penelitian) yang masuk itu seimbang, sekitar 40% dari klinis, 30% dari epidemiologi, dan 30% dari penelitian dasar. Setelah kita lakukan penjurian, ternyata hasilnya juga sama yakni ada 4 penelitian klinis, 3 epidemiologi, dan 3 penelitian dasar yang masuk 10 besar,” papar Marhaen.
Bujung Nugroho, Direktur PT Kalbe Farma Tbk, menambahkan, Kalbe berkomitmen untuk berkontribusi terhadap dunia penelitian di lndonesia, khususnya penelitian di bidang kesehatan. “Melalui kerja sama ini, Kalbe ingin memberikan apresiasi kepada para dokter yang telah mendedikasikan dirinya bagi kemajuan penelitian di Indonesia,” kata Bujung.
Kalbe terus bekerja sama dengan institusi yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan, baik dari sisi edukasi, riset, hingga pelayanan. “Kalbe bekerja sama dengan IDI untuk menghasilkan peneliti-peneliti yang lebih baik, dikenal di kelas dunia atau hasil penelitiannya bisa dipakai untuk pelayanan dan obat-obatan yang inovatif,” tegasnya.