News

Transmigrasi Harga Mati

JAKARTA – Peluncuran buku “Transmigrasi Menggapai Cita” milik Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mendapatkan banyak apresiasi dari sejumlah akademisi.

Menurut Prof. Muhajir Utomo dari Universitas Lampung, transmigrasi harus menjadi pembangunan daerah tertinggal sebagai upaya menjalani UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa. “Melalui buku ini, tentunya transmigrasi menjadi momentum untuk menjadi pusat pertumbuhan baru di daerah tertinggal yang tidak hanya berpusat kepada ekonomi,” kata Muhajir.

Dia juga menyarankan kepada Marwan Jafar, semoga transmigrasi ini mencapai pada tiga goal utama. Yakni, ekonomi, sosial, dan lingkungan. “Kalau dulu nilai ekonomi saja yang diutamakan, kini harus ditambah dengan sosial dan lingkungan. Komiditi yang diambil bukan hanya soal pangan, tapi yang punya potensi lebih besar seperti komiditi benih kelapa sawit. Sebaiknya pemerintah juga merangkul perguruan tinggi untuk meningkatkan sosial dan lingkungan,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Rubiyanto Wisman dari Universitas Jenderal Soedirman yang mengatakan transmigrasi harga mati. “Transmigrasi harga mati. Sama seperti NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” imbuhnya.

Dengan adanya transmigrasi ini, ia juga mengharapkan muncul desa-desa maju seperti di Amerika Serikat. “Mudah-mudahan transmigrasi ini akan muncul kota-kota maju, seperti kota padi, kota ikan dsb. Kata “Menggapai Cita” adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jangan bergantung pada produk import. Kita butuh bantuan pemerintah yang serius untuk membangun itu smua,” kata akademisi yang juga ketua Yayasan Anak Transmigrasi itu.