JAKARTA. Visa, mengumumkan hasil studi independen yang dilakukan oleh Roubini ThoughtLab dan ditugaskan oleh Visa seputar dampak ekonomi dari meningkatnya frekuensi pembayaran elektronik di kota-kota besar di seluruh dunia. Studi yang dilaksanakan di 100 kota tersebut memprediksi bahwa transisi menuju pembayaran elektronik, seperti kartu ataupun mobile payment, dapat mendatangkan manfaat (net benefit) hingga US$ 470 miliar per tahun, atau setara dengan 3% dari rata-rata produk domestik bruto (PDB) di kota-kota tersebut.
Jakarta sebagai salah satu dari 100 kota yang diteliti diprediksi dapat mendulang manfaat dari menerapkan pembayaran digital yang lebih besar. Perekonomian Jakarta diperkirakan dapat memperoleh manfaat langsung (direct net benefit) sebesar US$ 4,6 miliar per tahun dengan melakukan transisi ke tingkat tercapainya penggunaan non-tunai atau achievable level of cashlessness dari level kematangan digital saat ini yang adalah Cash Centric untuk kota Jakarta.
Manfaat langsung bagi konsumen diestimasi mencapai US$ 0,1 miliar per tahun diperoleh dari penghematan waktu dalam bertransaksi dan penurunan kejahatan menyangkut uang tunai. Pelaku usaha juga akan menikmati manfaat langsung hingga US$ 3,7 miliar karena proses pembayaran yang lebih singkat dan meningkatnya penjualan. Pemerintah juga berkesempatan mendapatkan manfaat langsung hingga US $0,8 miliar dari pendapatan pajak yang meningkat, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dan biaya peradilan kejahatan kriminal yang lebih rendah.
Studi tersebut juga menyoroti sejumlah manfaat yang akan dirasakan Jakarta dalam periode 15 tahun ke depan (2017-2032). Peralihan menuju pembayaran elektronik berdampak terhadap performa ekonomi Jakarta secara keseluruhan, diantaranya pertumbuhan GDP, lapangan kerja baru, upah buruh meningkat, dan produktivitas.
Beralih ke pembayaran elektronik dapat menstimulasi 4,2% pertumbuhan lapangan kerja karena meningkatnya aktivitas ekonomi. Tingkat pertumbuhan PDB Jakarta dapat meningkat hingga 37,4 basis poin karena efisiensi yang lebih besar. Lebih lanjut, penggunaan non-tunai yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas 0,2% dan upah meningkat hampir 0,4% selama rentang waktu 15 tahun.
Sebagai informasi, studi bertopik “Cashless Cities: Realizing the Benefits of Digital Payments” merupakan sebuah survei yang menghitung potensi manfaat bagi kota-kota yang melakukan transisi ke tingkat tercapainya penggunaan non tunai yaitu tingkat di mana penggunaan non tunai seluruh penduduk kota sama dengan tingkat penggunaan non-tunai dari pengguna non-tunai teratas (top users) saat ini. Studi ini tidak bertujuan untuk menghapus penggunaan tunai, namun untuk menghitung potensi manfaat dan biaya dari meningkatnyapembayaran elektronik.
Dengan mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai, studi ini menghitung manfaat langsung dan jangka panjang bagi konsumen, pelaku usaha dan pemerintah. Berdasarkan studi ini, total manfaat langsung yang diperoleh 100 kota yang ditelisi mencapai sekitar US$ 470 miliar. Rinciannya antara lain, konsumen di 100 kota akan menikmati manfaat langsung hingga US$ 28 miliar per tahun.
Besarnya dampak tersebut diperoleh dari sejumlah faktor, termasuk diantaranya penghematan waktu yang dibutuhkan untuk transaksi perbankan, retail, maupun transportasi sebesar 3,2 miliar jam, serta penurunan tingkat kejahatan terkait penggunaan uang tunai.
“Studi ini menunjukkan berbagai manfaat nyata bagi konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah yang mengadopsi pembayaran elektronik secara intensif, masyarakat yang beralih ke pembiayaan digital akan merasakan sejumlah manfaat langsung berupa pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kejahatan, peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan upah serta perikan produktivitas kerja” ujar Ellen Richey selaku Vice Chairman and Chief Risk Officer Visa. (IFR/Kontan.co.id)