News

Ternyata, Banyak Penelitian Belum Terpublikasi di Media Massa

JAMBI – Sekira 30 orang peneliti penyuluh di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, mengikuti Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Penyuluh BPTP Jambi. Acara digelar di Aula Agroinovasi BPTP Jambi Kotabaru, 15-16 Mei 2018.

Para peneliti mendapatkan beberapa materi untuk meningkatkan kemampuan. Di antaranya, strategi pembuatan berita pertanian dan penukisan karya tulis ilmiah populer, potensi binaan wilayah penyuluh, rencana evaluasi kegiatan penyuluhan. Selain itu, mereka mendapat materi cara pembuatan video menggunakan smart phone.

“Bimtek ini targetnya peneliti memiliki output di media massa. Banyak karya ilmiah yang selama ini belum terpublikasi, karena banyak yang belum mengetahui cara menulis di media massa,” ujar Rustam, Kepala BPTP Jambi.

Dia memaparkan di BPTP sebenarnya ada banyak hasil penelitian pertanian. Selama ini, penelitian itu banyak terpublikasi di jurnal-jurnal skala nasional dan internasional, namun jarang yang muncul di media massa.

Satu di antara tujuan bimtek itu, supaya peneliti penyuluh BPTP mampu menulis sesuai kaidah jurnalistik. “Ini pengetahuan yang penting, supaya bisa membahasakan bahasa ilmiah ke populer, sehingga hasil penelitian bisa diketahui masyarakat,” ujarnya.

Dalam kata sambutan, Rustam mengatakan peneliti penyuluh membutuhkan media massa. Begitu juga sebaliknya. “Maka perlu ada jembatan dibangun di keduanya,” ujarnya.

Peneliti utama BPTP Jambi, Endrizal, menuturkan memang saat ini banyak penelitian yang terpublikasi di jurnal-jurnal ilmiah, namun kurang di media massa. “Ini kan seperti kurang mitra kerja,” tuturnya.

Banyak karya ilmiah, namun karena kesulitan mentransformasikan ke bahasa yang mudah diterima masyarakat.

“Antara bahasa karya ilmiah dan media massa ini kan berbeda, kita perlu tahu juga caranya supaya karya ilmiah diterima di media massa. Banyak kok doktor-doktor pertanian peternakan di sini,” kata Endrizal, yang juga dokter bidang pertanian.

Endrizal sendiri telah melakukan penelitian menarik tentang tebu di Kerinci. Hasil penelitian itu, tentang lahan 1 hektare yang mampu menghasilkan Rp 6,8 juta. Jumlah itu lebih besar dibanding pendapatan mengelola lahan sawit 1 hektare.

Peneliti lainnya, Safrial, juga mengungkapkan belum akrab apabila menulis menggunakan bahasa media massa.

Acara bimtek berlangsung dua hari. Pemateri terdiri dari praktisi media massa dari Harian Pagi Tribun Jambi dan peneliti senior. (IFR/TribunnewsRiau.com)

Join The Discussion