Dikutip dari medcom.id, minyak kelapa sawit adalah salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Pada setiap tahunnya, Indonesia mengekspor belasan hingga puluhan juta ton minyak sawit atau CPO ke berbagai belahan dunia.
Terdapat beberapa rintangan dalam industri ini, termasuk ganuderma — sejenis jamur yang menyebabkan pembusukan pada kelapa sawit.
Reno Tryono, seorang ilmuwan dan peneliti asal Tangerang Selatan, mendapat kesempatan untuk mencari cara menjinakkan ganuderma. Kesempatan didapat lewat beasiswa program Asean India Research Training Fellowship (AIRTF).
“Aspek penelitian saya ini berkutat pada rekayasa genetika. Intinya agar virulensi (ganuderma) dapat berkurang,” ujar Reno kepada Medcom.id di Jawaharlal Nehru University (JNU) di New Delhi, India, Selasa 13 Agustus 2019. Jika virulensi atau tingkat keganasannya berkurang, maka penyebaran ganuderma di antara kelapa sawit juga relatif minim.
Terdapat beberapa tahapan untuk menurunkan virulensi ganuderma. Pertama adalah dengan mengisolasi DNA ganuderma dan mencari tahu gen mana yang harus dihilangkan untuk menurunkan virulensi.
“Nanti saat gen yang bertanggung jawab sudah diketahui ada di kromosom mana, maka akan dipotong dengan menggunakan CRISPR-Cas 9,” tutur Reno.
CRISPR-Cas 9adalah sejenis enzim yang ditemukan Jennifer Doudna, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, pada 2002.
Selain kepala sawit, ganuderma juga menyerang pohon kelapa. Itulah mengapa, ungkap Reno, India yang memiliki banyak pohon kelapa tertarik dengan riset seputar ganuderma.
“Sawit tidak terlalu banyak di India. Namun tetap ada, kebanyakan di wilayah selatan,” kata Reno.
Lewat riset ini, Reno berharap dapat mengoptimalkan produksi sawit di Indonesia. Menurutnya, ganuderma telah menyerang sekitar 20 hingga 30 persen dari total tanaman sawit yang ada di Indonesia.
“Di Indonesia juga ada penelitian mengenai sawit, seperti yang dilakukan PPKS,” tutur Reno, merujuk pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
“Saya berharap hasil riset ini nantinya dapat membantu mengoptimalkan industri kelapa sawit di Indonesia,” pungkasnya.
Total penerima beasiswa AIRTF tahun ini berjumlah 27 orang. Sembilan penerima beasiswa berasal dari Indonesia, delapan Malaysia dan sisanya beberapa negara ASEAN.
Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total ekspor CPO Indonesia mencapai 32,18 juta ton pada 2017 dan 34,71 juta ton tahun lalu. Sementara nilai ekspor CPO Indonesia tahun lalu mencapai USD17,89 miliar atau sekitar Rp250 triliun.