News

Studi: Gempa Besar Punya Efek ke Sisi Lain Bumi

KOMPAS.com – Gempa bumi hingga saat ini masih menjadi misteri. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkali-kali memberi informasi bahwa gempa bumi hingga saat ini menjadi bencana yang tidak dapat diprediksi.
Karena misterinya, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati gempa bumi. Salah satu yang terbaru adalah penelitian dai Oregon State University (OSU), AS.
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, para peneliti menyebut bahwa gempa bumi yang kuat bisa memicu gempa besar lainnya bahkan dalam jarak yang sangat jauh.
Temuan ini didapatkan setelah mereka menganalisis data seismik dari tahun 1973 hingga 2016. Para peneliti mendapati bahwa dalam tiga hari setelah gempa bumi bermagnitudo 6,5, terjadi gempa dengan magnitudo 5,0 atau lebih besar di lokasi lain.
Lebih jauh lagi, mereka menunjukkan sisi lain Bumi dari area gempa merupakan yang berpeluang besar terpicu mengalami gempa.
Contoh hubungan ini adalah ketika gempa Bumi bermagnitudo 6,7 di Indonesia terjadi, 6 jam kemudian gempa bekekuatan 7,7 skala Richter menghantam lepas pantai Nikaragua.
Hingga kini, para ilmuwan berpikir, satu-satunya aktivitas seismik yang bisa memicu gempa besar adalah gempa susulan (berkekuatan lebih kecil).
” Gempa bumi adalah bagian dari siklus penumpukan stres tektonik dan pelepasan,” ujar Robert O’Malley, peneliti OSU dikutip dari Newsweek, Jumat (03/08/2018).
“Sebagai zona sesar dekat akhir siklus seismik ini, titik kritis mungkin tercapai, dan penyulutan gempa bumi bisa terjadi,” sambungnya.
Dalam menganalsisi data, para peneliti sangat berhati-hati. Terutama menyaring informasi mengenai gempa susulan untuk menghindai lonjakan anomali dalam data.
“Jika peristiwa sumber berkekuatan besar adalah penyebab terpicunya gempa (di sisi lain Bumi), maka efek yang bisa diukur harus menjadi peningkatan sistematis dalam jumlah gempa bumi yang mengikuti tingkat dasar,” tulis para peneliti dalam laporannya.
Uji kasus juga menunjukkan peningkatan gempa yang dapat dideteksi dengan jelas di atas tingkat gempa pertama.
Lebih lanjut, tim ini menemukan bahwa semakin tinggi kekuatan gempa pertama, semakin besar pula kemungkinan akan ada gempa lain yang mengikutinya.
Meski begitu, perlu dicatat, bahwa tidak ada hubungan langsung yang ditemukan antara gempa ini. Itu karena pengetahuan ilmiah saat ini belum bisa menjelaskan sepenuhnya bagaimana bagaimana asal gempa terjadi.
“Pemahaman mekanisme bagaimana satu gempa bisa memicu yang lain sementara terpisah jauh dalam jarak dan waktu masih sangat spekulatif,” kata O’Malley.
“Namun, terlepas dari mekanika spesifik yang terlibat, bukti menunjukkan bahwa pemicuan gempa terjadi, diikuti oleh periode ketenangan dan ‘mengisi ulang’,” tegasnya.
Para peneliti berharap hasil ini bisa membantu meningkatkan peramalan gempa dalam jangka pendek dan menciptakan penilaian risikonya.

Join The Discussion