Dikutip dari CNBC-Indonesia, Kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia terkait human capital masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia hingga Vietnam. Kepala Departemen Ekonomi CSIS Jakarta Yose Rizal Damuri sempat menyampaikan bahwa berdasarkan penelitian, jumlah orang berkemampuan (skill) tinggi di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara lain. Dalam kurun waktu 2-3 tahun di Indonesia hanya menghasilkan 15 ribu orang, sementara di Korea Selatan 160 ribu orang. “Rata-rata didikan dari para pekerja kita itu rendah dibandingkan dengan Vietnam aja masih rendah,” katanya dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue, Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Dalam catatan, Global Human Capital Index 2017, yang dirilis oleh WEF, posisi Indonesia memang persis di bawah Vietnam yang berada di peringkat 64 dari 130 negara, sedangkan Indonesia di posisi ke-65.Indonesia juga kalah telak dengan Malaysia yang di posisi ke-33, apalagi Singapura di posisi ke-11. Indonesia juga masih di bawah Filipina yang berada di posisi ke-50. Brunei di tingkat 56, dan Thailand di peringkat ke-40. Indonesia hanya unggul terhadap Laos di posisi ke-84, Myanmar posisi ke-89, dan Kamboja di leve 92.
Posisi teratas masih diduduki negara-negara makmur macam Norwegia dan Finlandia. Namun, peringkat Indonesia memang membaik dari posisi 2016 yang sempat di peringkat ke-72.Sedangkan versi Human Development Report (2018) yang dirilis oleh UNDP, posisi Malaysia berada di level ke-57, sedangkan Indonesia pada posisi ke-116, Thailand juga unggul di posisi ke-83. Human Capital Index berisi peringkat untuk negara-negara berdasarkan soal sejauh mana negara itu mengembangkan sumber daya manusia yang mengacu pada kapasitas manusia pada pendidikan formal, aspek implementasi keterampilan yang diterapkan di dunia kerja dan lainnya.
Ekonom Faisal Basri dalam blognya pernah mengulas soal ‘Posisi Indonesia dalam Human Capital Index“.Faisal Basri mengatakan seperti mengutip Bank Dunia “Human Capital” atau modal manusia terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan yang mengakumulasi sepanjang hidup manusia, memungkinkan mereka untuk menyadari potensi mereka sebagai anggota masyarakat yang produktif. Sehingga dibutuhkan investasi pada orang-orang melalui nutrisi, perawatan kesehatan, pendidikan berkualitas, pekerjaan dan keterampilan. “Semoga kita kian terpecut untuk mengejar ketertinggalan dari mayoritas negara ASEAN dalam pengembangan modal manusia. Jika sebatas business as usual, ancamannya adalah masuk ke dalam middle income trap dan mayoritas penduduk akan sengsara ketika memasuki hari tua,” kata Faisal.