News

Sinergikan Peneliti dengan Dunia Industri, Ini Langkah UGM

Dikutip dari detik.com, Indonesia memiliki banyak potensi di bidang agro atau pertanian. Namun potensi ini belum bisa dioptimalkan hingga pemerintah kerap mengimpor berbagai hasil pertanian.

Untuk itu, Universitas Gadjah Mada (UGM), yang memiliki banyak peneliti, ingin mendukung kedaulatan pangan nasional melalui berbagai inovasi di bidang agroteknologi. Salah satu yang dilakukan adalah menggandeng dunia industri.

“Kita sebetulnya memiliki banyak sekali potensi di bidang agro, bidang pertanian. Tapi kenyataannya kita belum bisa menjadi bangsa yang sangat kuat di bidang agro. Kita masih banyak produk yang kita datangkan dari luar negeri,” kata Rektor UGM Prof Panut Mulyono di Industry Research Forum (IRF) di Surabaya, Kamis (5/12/2019).

“Nah, forum ini harapannya semakin menguatkan sinergi antara kampus UGM, yang memiliki banyak peneliti, kemudian dengan industri bidang agro,” imbuh Panut.

Selain itu, Panut memaparkan banyak hal dari para peneliti UGM yang bisa disinergikan dengan dunia industri. Misalnya saja untuk mematangkan penelitian menjadi produk yang fungsional dan bisa dikomersialkan.

“Di sini, dalam IRF ini, ada hal-hal yang spesifik diharapkan untuk bisa kita kembangkan dan menjalin sinergi, misalnya industri benih, pupuk, dan pakan, internet of thing. Aplikasi yang untuk industri alat dan mesin di bidang agro kompleks juga inkubator industri, bagaimana agar hasil penelitian ini lalu dimatangkan bersama dengan industri, sebelum bisa menjadi produk fungsional yang bisa dikomersialkan,” papar Panut.

Aplikasi ini diharap mampu mempermudah dan membuat perubahan di bidang pertanian. Panut juga berharap sinergi antara universitas dengan dunia industri bisa memajukan dunia industri pertanian di Indonesia.

“Penerapan teknologi 4.0 itu sangat mempengaruhi perubahan mendasar di bidang pertanian. Ini ada aplikasi yang sekarang dibuat itu bisa menguatkan, mengefisienkan kerja di bidang industri agro. Harapannya, ke depan, industri lebih semangat bekerja sama dengan para peneliti, tak hanya di dalam bidang penelitian, tapi juga pelatihan mahasiswa,” harap Panit.

Di kesempatan ini, dilakukan juga MoU dengan beberapa perusahaan. Salah satunya perusahaan gas PT Samator. Founder and President Director PT Samator Arief Harsono mengatakan pihaknya selama ini memang telah memanfaatkan berbagai inovasi agroteknologi.

Namun Arief mengaku riset yang dilakukan juga tak mudah. Untuk itu, dengan menggandeng universitas, hal ini akan lebih mudah dilakukan dan bisa menghasilkan berbagai inovasi agroteknologi.

“Samator Gas Industri ini lebih banyak mengembangkan aplikasi, banyak yang memang kita lihat, contohnya yang kita lakukan, tapi misalnya saja kemiri. Di Indonesia, kemiri di hutan dibuang saja, akhirnya diambil petani dan dipukul, pecah itu kan hasilnya tidak bagus. Dijual ke pabrikan harganya rendah sekali. Kita ekspor ndak mungkin,” cerita Arief.

“Kami punya teknologi, riset sendiri dari nitrogen bisa didinginkan 190 derajat dan keluar bisa dipisah. Ini kami lakukan, karena riset tidak semudah itu. Kalau kami ini alumni Gadjah Mada, kenapa kita tidak kembali ke Gadjah Mada karena di Gadjah Mada banyak peneliti, banyak petani, peternakan banyak di sana,” pungkasnya.

Join The Discussion