News

Riset yang Tepat Bikin Solo Traveling Mengasikkan

Dikutip dari tempo.co, pelancong tunggal atau dikenal sebagai solo traveler kini menjadi tren saat berwisata ke luar negeri. Namun, untuk memulai aktivitas tersebut ada banyak hal yang dipertimbangkan. Karena apa pun yang terjadi saat perjalanan hanya diri sendiri yang menanganinya.

Travel Blogger Kadek Arini berbagi kiat ihwal melancong sendirian. “Kalau aku, 50 persen keberanian dan nekat. Lalu, 50 persen lagi adalah persiapan,” katanya Kadek.

Sebelum perjalanan, Kadek menceritakan bahwa dirinya banyak meluangkan waktu mencari informasi tentang negara yang akan dikunjungi. Adapun salah satunya, adalah harga transportasi. “Itu perlu untuk menghindari penipuan, karena pergi sendiri,” ujarnya.

Kiat utama, menurut dia saat tiba di bandar udara negara yang dituju, adalah bersikap santai dan tenang. “Jangan ketika sampai di bandara kelihatan bingung, dengan muka melongo bisa kena penipuan (scam),” tuturnya.

Saat tiba di bandara, pelancong harus sudah memastikan tujuan. “Kita sudah harus tahu naik taksi ke hotel tarifnya berapa,” ujarnya.

Kemudian, yang paling penting juga adalah memperhatikan urusan kesehatan. “Aku pernah sepekan sakit di Selandia Baru,” katanya. Saat itu, Kadek sedang ada urusan pekerjaan di Selandia Baru. Namun, rampung waktu bekerja, ia ingin menikmati perpanjangan tinggal sepekan lagi. Ia mengisi waktu luangnya untuk mendaki Gunung Cook dan berenang di laut.

“Aku naik Gunung Cook selama 5 jam,” katanya. Sepulang dari pendakian, ia merasakan tubuhnya meriang. Ia pun menyempatkan konsultasi ke klinik kesehatan.

“Aku baru sadar klinik di luar negeri itu mahal banget, tanpa disuntik atau apa pun itu, Rp2 juta,” ujarnya. “Cuma dikasih obat dan konsultasi.”

Namun, saat pulang ke Indonesia, jumlah uang tersebut sudah ditebus, karena ia memiliki asuransi. “Semenjak kejadian itu aku selalu asuransi, karena kita enggak pernah tahu merasa badan sehat, tapi enggak tahu pas di luar negeri,” katanya.

Kadek menceritakan mula niatnya pernah melancong tunggal karena sulit mendapatkan waktu pergi bersama teman. “Aku sudah kepo banget dengan sebuah negara, terus teman alasannya banyak, enggak bisa cuti, enggak ada uang,” ujarnya.

Maka, karena pengalaman itu, ia ogah menunda perjalanannya. “Ternyata pas aku jalan sendiri menjadi pengalaman menangani masalah, menangani ketidaknyamanan,” katanya. “Aku belajar berdamai dengan diri sendiri, saat solo traveling, enggak ada yang bakal menolong, semua orang asing.”

Join The Discussion