News

Riset UI Sebut BUMN RI Lebih ‘Oke’ dari Malaysia pada 2018

Dikutip dari cnnindonesia.com, Lembaga Manajemen (LM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menilai kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia pada tahun lalu mampu mengungguli kinerja perusahaan pelat merah Malaysia.

Direktur Pelaksana LM FEB UI Toto Pranoto dalam Seminar Nasional Prospek BUMN di Tahun Politik mengatakan sepanjang tahun lalu, riset LM FEB UI mencatat aset BUMN tumbuh 12,23 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp8.092 triliun. Bahkan, jika dibandingkan kinerja 2015 pertumbuhannya mencapai 40,48 persen.

Ekuitas perusahaan pelat merah tahun lalu juga tumbuh 4,16 persen menjadi Rp2.479 triliun dibanding 2017, dan tumbuh 24,51 persen jika dibandingkan posisi 2015.

Selain itu, laba BUMN tahun lalu juga tumbuh 1,08 persen menjadi Rp188 triliun secara tahunan dan 25,33 persen dari capaian 2015. Selain laba, kontribusi perusahaan pelat merah tahun lalu juga mencapai Rp422 triliun dalam bentuk pajak, dividen, dan Pendapatan Negara Bukan Pajak lain. Kontribusi tersebut tumbuh 19,21 persen dari kinerja 2017 dan 39,27 persen dari 2015.

“Data kinerja perusahaan pelat merah yang dirilis Kementerian BUMN beberapa waktu lalu tersebut menunjukkan daya saing tersendiri jika dibandingkan terhadap BUMN di Malaysia dan Singapura,” ujarnya di Jakarta, Rabu (13/3).

Tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah sejak reformasi 1998, BUMN Indonesia unggul dibandingkan BUMN Malaysia Khazanah. Pasalnya, di tengah bagusnya kinerja BUMN dalam negeri, Khazanah justru merugi.

“Khazanah di 2018 justru menurun. Pada tahun tersebut untuk pertama kalinya mereka mencatatkan kerugian RM6,3 miliar atau sekitar US$1,5 miliar atau dalam rupiah berarti rugi Rp21 triliun,” ujarnya.

Toto mengatakan merosotnya kinerja Khazanah tak lepas dari dinamika bisnis dan daya saing global. Salah satu dinamika yang disebutnya adalah perang dagang AS dan China. Turunnya kinerja Khazanah, lanjutnya  juga disebabkan oleh kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, meningkatnya volatilitas pasar dan perubahan regulasi pasca lengsernya mantan Perdana Penteri Najib Razak.

Toto mengatakan karena penurunan kinerja tersebut, manajemen Khazanah juga mulai melirik model pengembangan BUMN seperti di Indonesia dalam hal pembedaan fungsi sisi komersial dan pelayanan publik.

Selanjutnya, jika mengacu capaian kinerja Temasek tahun lalu, performanya relatif stabil dan bisnisnya terus meningkat.

“Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang sangat terdiversifikasi di seluruh dunia, adanya otonomi penuh pada model management investment holding, dan sudah memiliki talent management yang baik,” ungkapnya.

Menurut Toto, perusahaan pelat merah di Indonesia bertahan dengan model pengembangan sisi komersial dan tidak berorientasi profit dalam pembangunan dan pelayanan publik. BUMN juga berperan sebagai pionir pada sektor tertentu.

” Ini menunjukkan sistem pengembangan BUMN perlu menyesuaikan dengan kondisi alami bisnis di suatu negara,” ujarnya.

Saat ini, posisi BUMN terbagi menjadi empat, yaitu; relatif kecil atau spin-offdengan profit dan nilai sosial kecil, BUMN dengan tugas khusus yang memiliki profitkecil dan nilai sosial besar, BUMN yang menghasilkan keuntungan dan dampak sosial yang besar, serta BUMN yang memiliki laba besar tetapi nilai sosial kecil.

Namun, BUMN di Indonesia masih menghadapi tantangan dari kemampuan untuk beradaptasi dengan model bisnis yang menekankan pada penempatan profesional pada pimpinan puncak BUMN, perbaikan pada otonomi manajemen, meningkatkan transparansi dan membangun paradigma pengelolaan portofolio.

Dorong BUMN ‘Go Public’

LM FEB UI juga mendorong perusahaan pelat merah untuk lebih banyak yang melantai di bursa (go public). Pasalnya, perusahaan yang sudah go public lebih termotivasi untuk menjaga dan meningkatkan kinerjanya.

“Mungkin kalau lebih banyak BUMN yang go public akan banyak perbaikan yang lebih baik,” ujarnya.

Dalam risetnya, berdasarkan estimasi LM FEB UI, pendapatan 20 BUMN terbuka (Tbk) pada 2018 mencapai Rp796 triliun atau menyumbang sekitar 34 persen dari total prognosa Kementerian BUMN atas pendapatan 115 BUMN yang mencapai Rp2.339 triliun.

Selain itu, laba 20 perusahaan pelat merah Tbk juga diperkirakan mencapai Rp150 triliun atau berkontribusi sekitar 80 persen dari total prognosa Kementerian BUMN atas laba BUMN tahun lalu yang sebesar Rp188 triliun.

Toto mengungkapkan BUMN terbuka memiliki tuntutan dari investor sehingga berkepentingan untuk menjaga nilai saham yang mencerminkan ekspektasi publik. Selain itu, perusahaan terbuka juga bisa meningkatkan transparansi dalam operasional BUMN.

“Di Singapura, perusahaan BUMN sudah terdaftar di bursa,” ujarnya.

Join The Discussion