News

Riset: Multitasking Bisa Bikin Otak Kurang Fokus

Apakah kamu memiliki kebiasaan mengerjakan beberapa hal secara bersamaan alias multitasking? Bisa jadi, apa yang sering kamu lakukan selama ini membawa dampak yang kurang baik untuk diri kamu.

Dalam sebuah riset yang ditulis oleh peneliti dari Stanford University, seseorang yang terbiasa memproses beberapa informasi, terutama dalam bentuk elektronik, dalam waktu yang bersamaan, cenderung tidak (dapat) memperhatikan, mengontrol ingatan, atau mengganti tugas dari satu ke yang lainnya, sebaik mereka yang lebih memilih untuk menyelesaikan satu tugas dalam satu waktu.

Riset milik Clifford Nass, seorang profesor komunikasi di Stanford University, yang dirilis pada 24 Agustus 2009 lalu, menguji sekitar 100 mahasiswa melalui tiga rangkaian tes.

Secara singkat, tes tersebut menunjukkan bahwa para media multitasker ternyata harus mengalami konsekuensi mental yang cukup besar dengan kebiasaannya tersebut. Mereka disebut lebih sering mencari sesuatu yang tidak relevan saat mengerjakan sebuah tugas.

Dalam rangkaian tes yang dirancang oleh Clifford Nass beserta dua rekannya, Eyal Ophir dan Anthony Wagner, mereka membagi subjek penelitian ke dalam dua bagian; mereka yang biasa melakukan media multitasking, dan mereka yang tidak.

Dalam eksperimen pertama, kedua grup diperlihatkan dengan beberapa persegi panjang yang menyala merah dan biru secara bergantian. Kemudian, para peserta disuruh untuk mengabaikan persegi biru yang menyala.

Hasilnya, para multitasker tampak kesulitan untuk mengabaikan kotak yang meyala biru saat menjalani tes tersebut. Mereka menunjukkan kesulitan untuk mengabaikan banyak hal. Namun, hal tersebut membuat para peniliti tersebut sampai pada kesimpulan sementara bahwa orang-orang tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyimpan dan mengorganisir informasi.

Ternyata, tes kedua yang mereka jalani mematahkan kesimpulan sementara para peneliti tersebut. Setelah diperlihatkan serangkaian huruf alphabet. Para media multitasker tampak kesulitan mengingat huruf-huruf yang muncul secara berulang. Sebaliknya, mereka yang bukan multitasker justru dapat melakukan hal tersebut dengan lebih baik.

Eksperimen ketiga yang dilakukan adalah dengan cara menguji mana, di antara kedua subjek, yang dapat berganti mengerjakan satu hal ke hal yang lainnya dengan lebih baik.

Mereka diharuskan untuk memperhatikan antara huruf dan nomor yang ditunjukkan. Kemudian, mereka diharuskan menyebutkan apakah huruf tersebut merupakan vokal atau konsonan, atau angka tersebut adalah ganjil atau genap.

Temuan mereka menunjukkan kalau para multitasker juga kurang dapat menunjukkan performa yang baik dalam hal tersebut. “Mereka tidak bisa berhenti memikirkan tugas yang tidak sedang mereka lakukan,” ucap Eyal Ophir. “Para multitasker selalu menarik (diri) dari semua informasi yang ada di hadapannya. Mereka tidak bisa menempatkan berbagai hal secara terpisah di pikiran mereka,” tambah dia. (IFR/Kumparan.com)

Join The Discussion