Dikutip dari cnnindonesia.com, gas rumah kaca yang diakibatkan pembakaran bahan bakar fosil dinilai lebih cepat menyebabkan suhu di permukaan bumi lebih panas.
Hal itu disampaikan oleh para ilmuwan berdasarkan metode baru dari yang sebelumnya ditetapkan oleh perkiraan PBB.
Pada 2100, suhu diperkirakan rata-rata naik 7 derajat celsius di atas tingkat pra-industri jika emisi karbon terus berlanjut. Hasil tersebut ditunjukkan dari dua pusat penelitian terkemuka di Prancis secara terpisah.
Dilansir dari AFP, para ilmuwan itu menyatakan angka itu menunjukkan dua derajat lebih tinggi dibandingkan skenario yang ditetapkan oleh IPCC 2014 lalu.
“Dengan dua model kami, kami melihat bahwa skenario yang dikenal sebagai SSP1 2.6 – yang biasanya memungkinkan kami untuk tetap di bawah 2C – tidak cukup,” kata Olivier Boucher, Kepala the Institute Pierre Simon Laplace Climate Modelling Centre.
Dengan peningkatan 1 derajat celsius, dunia menghadapi gelombang panas yang semakin mematikan, kekeringan, banjir dan siklon tropis yang merusak serta permukaan naik yang naik.
Di sisi lain, temuan dari model baru itu menyatakan bahwa peningkatan karbondioksida di atmosfer akan membuat permukaan bumi lebih panas.
Direktur Pusat Internasional Iklim Priestley dari Universitas Leeds, Piers Forster menuturkan pemanasan yang lebih tinggi akan membuat waktu adaptasi semakin sedikit. Ini juga berarti akan melewati ‘titik kritis’ macam mencairnya lapisan es dan pada akhirnya mempercepat pemanasan.
“Emisi gas rumah kaca perlu turun hari ini dibandingkan dengan hari esok dan karbon global emisi harus dibawa ke titik nol.”