JAKARTA – Autisme pada bayi dapat dideteksi sejak usia enam bulan. Sebuah studi dari Universitas Carolina Utara (UNC) di Amerika Serikat menemukan bahwa kelebihan cairan otak sebagai pencetus autisme telah dapat dideteksi sejak usia 6 bulan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry menemukan bahwa balita yang didiagnosis dengan autisme pada saat mereka berusia 2-tahun memiliki cairan serebrospinal signifikan (CSF) di otak yang sama banyak pada usia 6-12 bulan. Hal ini diketahui para ahli dengan membandingkan scan otak MRI terhadap bayi tanpa autisme.
Cairan serebrospinal berfungsi sebagai lapisan pelindung antara otak dan tengkorak. Secara alami, sistem saraf mengisi ulang cairan ini sebanyak empat kali sehari. Namun, pada bayi dengan autisme, CSF mungkin tidak mengalir dengan baik sehingga ada kelebihan cairan otak. Hal ini dengan mudah terlihat di MRI.
“Kami berpikir aliran CSF yang tidak tepat bisa menjadi salah satu mekanisme penting untuk autisme,” kata penulis lain penelitian, Dr. Mark Shen, Health Care UNC.
Penelitian ini menganalisa 343 bayi, 221 di antaranya berisiko tinggi autisme karena saudara mereka terdiagnosis dengan autisme. Dari kelompok berisiko autisme terdapat 18 persen lebih CSF di otak mereka.
Para ahli mendeteksi adanya cairan berlebihan di otak bayi yang sama hingga usia 12- 24 bulan. Bayi dengan autisme memiliki elevasi CSF tertinggi dan terpanjang. Namun para ahli tidak menyarankan scan MRI untuk bayi, walaupun CSF merupakan pencetus autisme memiliki akurasi 70 persen pada saat ini.
“Kami tidak akan merekomendasikan bayi berisiko tinggi mendapatkan MRI sampai kami tahu bahwa akurasi dapat ditingkatkan lebih dekat ke kisaran 90 persen,” kata Dr. Shen, dilansir dari Today. (TEMPO.CO)