JAKARTA – Sebuah riset yang dilakukan media bersama peneliti dari University of Minnesota (AS) mengungkapkan adanya kontaminasi plastik di air leding dan air tanah Jakarta dan sejumlah kota dan kawasan lain di dunia.
Penemuan ini didapatkan dari 21 sampel air di Jakarta yang dikumpulkan pada periode Januari-Maret 2017. Hasilnya menunjukkan 76 persen sampel yang dikirim oleh Klirkom Jakarta mengandung mikroplastik.
Mikroplastik adalah partikel plastik yang biasanya berbentuk serat, dengan ukuran 0.1 hingga 5 milimeter.
Para peneliti yakni Mary Kosuth, Elizabeth V Wattenberg, Sherri A Mason, Christopher Tyree, dan Dan Morrison dalam laporan penelitiannya menulis mikroplastik mengontaminasi sebagian besar air yang mereka uji. Laporan tersebut dimuat di situs orbmedia.org.
Sebanyak 159 sampel air leding, air tanah dikumpulkan dari berbagai tempat di dunia. Dari Jakarta sebanyak 21 sampel, dari New Delhi, India, 17 sampel, Kampala di Uganda 26 sampel, Beirut di Lebanon 16 sampel, Amerika Serikat 36 sampel, Kuba 1 sampel, Quito di Ekuador 24 sampel, dan Eropa 18 sampel.
Ada pula tiga air kemasan yang dikumpulkan dari berbagai negara. Hasilnya, 83 persen di antaranya mengandung mikroplastik.
Negara yang paling banyak mikroplastik ditemukan di airnya yakni Amerika Serikat dan Beirut di Lebanon dengan 94 persen sampel yang diteliti mengandung mikroplastik.
Sementara temuan terendah ada di Eropa.
Jika dirata-rata, per liter air mengandung hingga 4,34 partikel mikroplastik dengan kisaran 0-57 partikel per liter.
Jika mengacu pada anjuran National Academy of Medicine di Amerika Serikat yang menganjurkan pria mengonsumsi 3 liter cairan per hari sementara wanita 2,2 liter, maka laki-laki bisa mengonsumsi 14 partikel plastik per har,i adapun wanita 10 partikel. Cairan ini tidak hanya air leding tetapi juga teh, kopi, dan berbagai bentuk cairan lainnya.
“Partikel plastik (dari cairan) ini menambah plastik yang juga dikonsumsi dari produk seperti garam laut, bir, dan sea food,” tulis laporan tersebut.
Kendati demikian penelitian ini tidak mengungkap ancaman kesehatan dari kontaminasi mikroplastik ini. Perlu ada riset lanjutan yang menjelaskan sumber air dan pengolahannya untuk konsumsi.
“Ini untuk memahami potensi reaksi dari kontaminasi.” (IFR/Kompas.com)