Para ilmuwan telah menemukan air jenis baru yang dikenal sebagai Ice-VII dari batuan berlian yang ditemukan jauh di dasar Bumi. Jenis es ini sekitar 1,5 kali lebih padat dari apa yang biasa kita gunakan (ice I). Namun, komposisi atomnya berbeda dengan yang paling sering ditemukan di bulan permukaannya es, yang mengorbit di Jupiter atau Saturnus.
Struktur atomnya juga unik. Dalam es normal, atom oksigennya heksagonal. Sementara Ice-VII, berbentuk kubik. Riset ini telah terbit di Science, 9 Maret 2018.
Berlian, kristal atom karbon super-kuat dan cemerlang yang dihasilkan di bawah tekanan yang begitu kuat di kedalaman Bumi, biasanya dihargai karena keindahan, kekuatan, serta daya tahannya. Berlian merupakan mineral langka yang hanya bisa dihasilkan pada tekanan dan temperatur tinggi pada kedalaman 140-190 kilometer di bawah permukaan bumi.
Tapi, ilmuwan juga begitu menghargai berlian karena alasan berbeda: batuan iniberisi informasi tersembunyi tentang mantel bumi. Perlu ilmu dan alat khusus untuk membacanya.
Sebuah tim ilmuwan internasional telah memecahkan salah satu pesan yang ada, yang datang dalam bentuk kristal es tekanan tinggi, dalam berlian. Mungkin sedikit membingungkan, karena es adalah tanda adanya air jauh di kedalaman mantel bumi. Hal ini dapat membantu peneliti memahami seberapa banyak air bersembunyi di bawah kerak planet kita ini.
“Satu pertanyaan penting yang sedang kita cari tahu jawabannya adalah berapa banyak air yang tersimpan di mantel Bumi. Apakah itu samudra, atau hanya sedikit saja? ” kata ahli geologi dan penulis studi ini, Oliver Tschauner dari Universitas Nevada, Las Vegas, seperti dikutipdari Gizmodo.
Mantel Bumi adalah lapisan batuan yang sebagian besar padat dan sangat panas di bawah tekanan luar biasa di bawah kerak Bumi. Inilah bagian terbesar dari volume Bumi. Ada lapisan atas, zona transisi, dan lapisan bawah. Lapisan atas memiliki sedikit air, tetapi ilmuwan memperkirakan 10 kali lebih banyak air mungkin berada di zona transisi, di mana mineral tampaknya lebih mudah larut. Mineral lapisan bawah sepertinya tidak menyimpan air.
Sudah ada bukti air di mantel dalam berbagai bentuk, seperti air yang telah dipecah masuk ke dalam berbagai mineral. Akan tetapi, berlian ini mengandung air yang membeku menjadi kristal es khusus, yang disebut Ice-VII. Ada banyak cara berbeda air dapat mengkristal menjadi es, tetapi Ice-VII terbentuk di bawah tekanan yang sangat tinggi.
Intinya, saat berlian terbentuk, ia harus mengapsul air yang cair dari sekitar zona transisi. Suhu tinggi mencegah cairan menjadi kristal di bawah tekanan tinggi. Ketika aktivitas geologis memindahkan batuan ini ke permukaan, ia mempertahankan tekanan tinggi dalam struktur kristal kaku, tetapi suhu turun. Ini akan menyebabkan air membeku menjadi Ice-VII.
Ahli geologi menemukan berlian-berlian seperti ini di tambang-tambang di Afrika bagian selatan, Kongo, Sierra Leone, dan China.
“Penemuan ini penting untuk memahami bahwa daerah kaya air di pedalaman Bumi dapat berperan dalam hal persediaan air global dan pergerakan elemen radioaktif yang menghasilkan panas,” kata ahli geologi Oliver Tschauner.
Penemuan Ice-VII ini sudah diakui pertama kalinya sebagai mineral olehInternational Mineralogical Association, badan internasional untuk mendorong ilmu mineralogi dan menstandarkan nomenklatur 4.000-an spesies mineral yang sudah diketahui.
Wendy Panero, profesor dari The Ohio State University, menekankan bahwa ini bukan bukti pertama mengenai air yang mengalir dalam mantel. Penulis penelitian Tschauner menunjukkan bahwa orang lain telah menemukan berlian dengan air yang terikat secara kimia, tetapi ini, sebaliknya, adalah air bebas yang membeku menjadi es. Panero juga mengingatkan bahwa mantel Bumi itu kokoh, tetapi ini memberikan bukti adanya aliran cairan di dalam zona transisi.
Peneliti lain yang tidak terlibat dalam makalah ini, Katie Kelley dari Universitas Rhode Island, menganggapnya menarik secara geologis. Sebelumnya para ahli berpikir bahwa lempeng tektonik yang masuk ke dalam interior Bumi adalah “tulang kering.” Kini, perspektif itu berubah. “Penemuan ini, membalik perspektif kita tentang keseimbangan air antara permukaan dan bagian dalam planet ini,” pungkasnya. (Berbagai sumber/mongabay.co.id)