UNTUK mendorong kultur publikasi dan upaya mewujudkan kemandirian, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) membangun science and technology index dengan nama Sinta.
Sinta merupakan portal yang berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti, penulis, author, kinerja jurnal, kinerja institusi iptek.
‘‘Sistem yang selama ini sudah ada di Indonesia tidak beroperasi dengan baik. Hal itu lantaran inkonsistensi dukungan tidak digunakan sebagai instrumen penentu dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional, dan lain-lain,’’ kata Menristek dan Dikti M Nasir saat peluncuran Sinta pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenristek Dikti di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemarin.
Kemudian mekanisme pengolahan data tidak sinergis dengan instansi yang memiliki tugas dan fungsi. Lalu sistem input data belum digital sehingga sulit berkembang. Nasir menegaskan sistem ini ada untuk mendukung para peneliti agar dapat melakukan penelitian dan publikasi.
Nasir mengemukakan target publikasi pada 2017 berkisar 15 ribu-17 ribu publikasi. “Sistem ini diharapkan mampu memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi.”
Yang membedakan Sinta dengan sistem yang telah ada sebelumnya ialah pada Sinta terdapat fungsi relasi, sitasi (daftar pustaka rujukan), dan pengindeks. Sementara itu yang lain hanya relasi dan sitasi.
Sinta juga menggunakan sistem entry exit digital dan dikelola secara multisektor yang mempunyai tugas dan fungsi sinergis, yakni Kemenristek Dikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Potong tunjangan
Pada kesempatan itu, Nasir juga berencana menghentikan tunjangan guru besar untuk para profesor yang tidak produktif membuat publikasi di jurnal internasional. “Guru besar harus buat publikasi internasional. Kalau tidak ada publikasi, tunjangan akan diberhentikan sementara,” kata Nasir. (MEDIA INDONESIA)