News

President University Siap Jadi Kampus Berbasis Riset Terapan

Jakarta– Rektor President University (PU) Joni Oktavian mengatakan, PU siap menjadi applied research university atau universitas berbasis riset terapan. Dalam artian, PU menghasilkan riset- riset yang bisa diterapkan dimasyarakat.

Joni menyebutkan, misi yang menjadi pertimbangan lainnya adalah UP berada pada kawasan industri yakni  serkitar 2. 000 perusahaan. Kehadiran perusahan tersebut dapat dijadikan organic laboratorium atau laboratorium percobaan. Pasalnya, industri pada umumnya memilik lab yang bagus maka dapat berkolaborasi. Selain itu, jika menjadi univeristas berbasis riset bukan hal mudah, memerlukan biaya yang mahal, sehingga terapan menjadi pilihan.

“Berbasis terapan misalkan kita meneliti tentang pasar tradisonal. Bagiamana cara pasar tersebut dapat bersaing dengan pasar swalayan lainnya. Ini langsung berhubungan dan berguna dengan masyarakat,” kata Mantan Direktur Research and Community dan Strategic Planning PU pada Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di Manara Batavia, Jakarta, Selasa, (2/8).

Dia menjeleaskan, misi tersebut dicanangkan untuk menjadikan PU sebagai salah satu kampus swasta dengan riset terbaik dan dapat memperolah akreditasi dan sertifikasi interasional dari lembaga- lembaga internasional. Pasalnya, hal ini dapat mengantarkan PU menjadi salah satu kampus Indonesia yang masuk 500 top rangking dunia.

Untuk mewujudkan misi tersebut, pihaknya mewajibkan para dosen untuk dapat menghasilkan jurnal ilmiah yang dipublikasi minimal dua kali dalam setahun. Pasalnya, yang menjadi kendala Indonesia hanya mampu mengirimkan dua perwakilan di 500 top rangking universitas dunia karena kekurangan publikasi jurnal ilimah.

“Tantangan terbesar kampus saat ini adalah masuk menjadi world class university. PU ke depannya memiliki target untuk menjadi perguruan tinggi swata pertama masuk world class university. Untuk itu, PU meningkatkan jumlah karya ilmiah, baik yang nasional maupun internasional,” ujar dia.

Dia menegaskan, para dosen jangan hanya mengajar tetapi harus menulis jurnal ilmiah. Apalagi, para profesor harus melakukan riset. Perguruan tinggi harus memberikan teguran pada dosen yang tidak menghasilkan karya ilmiah. Hal ini yang dilakukan di PU.

“Para dosen yang melakukan penelitian dan dipublikasi, perguruan tinggi memberikan uang sebagai bentuk motivasi, sedangkan dosen yang tidak melakukan penelitian akan mendapat teguran,” kata dia.

Rektor terpilih untuk periode 2016-2020 ini mengatakan, berdasarkan pengalaman membuat jurnal ilimah bagi orang awam sulit. Maka harus berkolaborasi dengan yang sudah terbiasa atau para pakarnya.

“Pertama saya buat jurnal ilmiah, saya mengirim email ke 90 peneliti yang ahli di bidang tersebut karena jika buat sendiri sulit. Kita harus belajar jadi harus berinteraksi dengan pakarnya. Saat itu saya hanya mendapat respon dari dua orang. Meski tidak semua respon namun tentu ada yang respon,” ujar Jony.

Sementara itu, untuk kesiapan mahasiswa bersiang setelah lulus. Pihaknya mengaku, dalam menciptakan mahasiswa yang berdaya saing. PU mewajibkan mahasiswa menjalankan praktik kerja lapangan (PKL) selama setahun.

Ia menuturkan, program tersebut telah telah dijalani sejak awal dan terbukti berhasil. Rata- rata 93 persen mahasiswa PU sebelum lulus telah bekerja. “Kami punya program magang satu tahun yang dilakukan ketika mahasiswa semester lima dan enam. Jadi dengan potensi yang ada, banyak perusahan langsung merekrut mereka sebelum lulus,” kata dia.

Sementara untuk membentuk karakter, kata Jony, para mahasiswa pada tahun pertama diwajibkan berasrama. Program asrama merupakan program wajib, agar mahasiswa dapat berbaur dan berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai daerah dan negara. Pasalnya, ada 15 persen mahasiswa internasional.

Selanjutnya, untuk membentuk kepemimpinan, para mahasiswa sejak pada semester awal dibentuk berkerlompok untuk membangun perusahaan yang pada tahun berikutnya menjadi usaha benaran mahasiswa.

Untuk memudahkan langkah tersebut, PU menggandeng sejumlah praktisi menjadi dosen paruh waktu yang bergerak di bidang industri. Maka sistem pendidikannya 60 :40. Mereka lebih banyak diajarkan praktik daripada teori. (IFR)

 

Sumber: Beritasatu.com

Join The Discussion