News

Pola Pikir Inovasi Masih Lemah

JAKARTA – Peningkatan daya saing negara sangat bergantung pada inovasi untuk menghasilkan produk bernilai tambah berbasis riset. Namun program penguatan inovasi di Indonesia tidak berkelanjutan dan minim dampak karena belum menyasar pola pikir dan budaya.

Persoalannya, pola pikir dan budaya inovatif juga belum dimiliki pemerintah, yang adalah faktor penting yang memampukan industri menghasilkan produk berdaya saing. “Pemerintah harus sebagai penggerak, tapi belum seperti itu,” kata pakar Proyek Kerjasama Perdagangan Uni Eropa_Indonesia (European Union-Indonesia Trade Cooperation Facility/TCF) Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Laporan indeks daya saing global 2015-2016 menyebutkan, Indonesia di peringkat ke-37 dari 140 negara, turun tiga peringkat pada 2014. Posisi itu di bawah Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand. Inovasi salah satu komponen penilaian indeks.

Satryo mencontohkan, Balai Besar Logam dan Mesin di Bandung milik Kementerian Perindustrian, semestinya membina industri logam dan mesin berinovasi guna meningkatkan nilai tambah. Nyatanya, kemampuan inovasi balai itu di bawah industri yang seharusnya dibina.

Team leader TCF Joe Miller mengatakan, ide dasar Presiden Joko Widodo terkait inovasi agar hasil riset bermanfaat jadi produk komersial bagus. Namun, leader lemah dalam menerjemahkan ide agar diterapkan efekti.

Satryo mengatakan, banyak hasil riset tak terserap industri karena peneliti tak menyesuaikan kebutuhan industri. Komunikasi lembaga riset dan industri sangat kurang.

Oleh karena itu, TCF membuat program pemberdayaan meningkatkan inovasi, yang tidak dimulai dari pemerintah, tetapi masyarakat. Peneliti senior TCF Semerdanta Pusaka menuturkan, program bernama innovating Jogja itu menyasar publik Kota Yogyakarta yang berkeinginan kuat mengembangkan bisnis batik, kulit, dan kerajinan.

Program tak sekadar memberi dana, tetapi mendampingin peserta terpilihagar inovasi tak sekedar ide. Ada beragam proses seleksi dan pendampingan hingga terpilih 6 peserta yang dapat dana dari bank dan investor.

Sumber: Harian Kompas

Join The Discussion