News

Pertahankan Predikat Terinovatif, Kepala BSKDN Minta Bali Tingkatkan Replikasi Inovasi

Jakarta- Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk terus meningkatkan replikasi inovasi guna mempertahankan predikat sebagai daerah terinovatif. Predikat tersebut diraih Pemprov Bali dalam gelaran Innovative Government Award (IGA) yang rutin diselenggarakan BSKDN setiap tahun.

“(Indikator) replikasi itu bobotnya tinggi (dalam penilaian inovasi daerah). Sementara Bali replikasinya yang masih sangat rendah. Membentuk forum replikasi bisa menjadi salah satu upaya mengatasinya,” ungkap Yusharto saat menerima kunjungan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Bali di Ruang Video Converence BSKDN pada Selasa, 6 Mei 2025.

Lebih lanjut, Yusharto menegaskan, replikasi inovasi tidak harus berasal dari provinsi lain. Namun, upaya ini bisa dimulai dengan mengadopsi inovasi yang telah berhasil di tingkat kabupaten atau kota di Provinsi Bali. “Replikasi itu tidak harus berpikir dari provinsi satu ke provinsi yang lain. Bali dapat mereplikasi inovasi dari kabupaten atau kota di wilayahnya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan bahwa inovasi yang diterapkan di pemerintahan pada dasarnya adalah penyederhanaan proses untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Ia mencontohkan, jika sebelumnya pelayanan publik membutuhkan sepuluh langkah, maka dengan inovasi bisa dipangkas menjadi lima langkah saja, tanpa mengurangi kualitas layanan.

“Inovasi bisa saja bersifat teknikal di tiap perangkat daerah. Misalnya, dalam distribusi pupuk bersubsidi, jika awalnya masyarakat harus melalui lima tahapan, dan kini hanya tiga, maka itu sudah dapat dikatakan sebagai inovasi,” ujarnya

Di sisi lain, dia juga menekankan pentingnya pemerintah daerah memanfaatkan berbagai inovasi. Hal ini misalnya dalam bidang pendidikan, layanan publik, dan tata kelola pemerintahan. “Kita berharap pemerintah daerah akan menjadi bagian dari bisnis proses pembentukan inovasi juga menjadi offtaker untuk pemanfaatan inovasi,” terangnya.

Di akhir arahannya, Yusharto berharap. Pemprov Bali mampu mempertahankan predikat terinovatif tidak hanya melalui penciptaan inovasi baru. Namun langkah tersebut bisa dilakukan dengan memperluas dampak inovasi melalui strategi replikasi yang sistematis dan berkelanjutan. “Kendati berpredikat daerah terinovatif, Bali masih memiliki 25,21 persen indikator tidak terisi atau tidak sesuai salah satunya terkait dengan indikator replikasi yang masih rendah. Ini yang harus menjadi perhatian Bali ke depannya,” tandansya.

Join The Discussion