Jakarta – Seusai menggarap film anak, Naura & Genk Juara, sutradara Eugene Panji menggarap film baru bergenre aksi. Film terbaru berjudul 22 Menit itu terinspirasi dari peristiwa bom Sarinah, yang terjadi di Jakarta pada 14 Januari dua tahun lalu.
Saat ditemui Tempo di lokasi syuting, Eugene menekankan film garapannya ini terinspirasi dari peristiwa nyata. “Namun bukan diangkat dari kisah nyata,” tuturnya di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad, 15 April 2018.
Menurut pria kelahiran Jakarta, 29 Agustus 1973 tersebut, banyak hal menarik dari peristiwa bom Sarinah. Setidaknya, ia punya alasan mengapa peristiwa pemboman di kawasan Jalan Thamrin yang ia angkat ketimbang peristiwa bom Bali (2002), bom Jakarta 2009 (atau bom Mega Kuningan 2009), atau peristiwa pemboman lain yang terjadi lebih dulu.
“Peristiwa bom Sarinah itu satu-satunya peristiwa open war. Saat peristiwa itu terjadi, ada baku tembak dan kejar-kejaran dengan polisi, dan semuanya tertangkap dan terungkap dalam waktu dekat,” kata Eugene. Lain halnya dengan peristiwa pemboman terdahulu yang memakan waktu cukup lama untuk bisa menangkap pelaku serta menelusuri motif peristiwa.
Menurut Eugene, ada unsur-unsur action yang didapat dari inspirasi peristiwa bom Sarinah. Meski demikian, Eugene dan rekannya, Mirna Paramita, butuh waktu hingga 1,5 tahun untuk melakukan riset mengenai peristiwa yang memakan tujuh korban tewas, dengan dua di antaranya warga sipil dan sisanya pelaku bom bunuh diri.
Kepolisian menyambut baik pembuatan film ini. Eugene dan tim berkesempatan merekonstruksi peristiwa lewat rekaman CCTV. Selain itu, timnya pun dilibatkan dalam rangkaian pelatihan penanganan teror bersama Detasemen Khusus (Densus).
Walau didukung pihak kepolisian, Eugene mengatakan filmnya tersebut tak serta-merta menonjolkan sisi heroisme polisi semata. Eugene membagi porsi beberapa perspektif sehingga ia meletakkan lima tokoh utama dalam film ini.
Meski film ini dikemas sebagai tontonan fiksi, bukan karya dokumenter, kemiripan peristiwa dengan apa yang disajikan dalam film mencapai 50 persen. “Kami serius banget membuat film ini, berikut juga upaya mendapat pendanaannya,” ujar Eugene. Alasannya, Eugene ingin film 22 Menit ini tetap bisa menjadi rekaman pengingat atas peristiwa yang pernah terjadi. Penonton tetap bisa ambil pembelajaran meski dari tontonan fiksi.
Eugene pun punya alasan lain ketika memilih menggarap film tersebut dalam balutan drama aksi ketimbang dokumenter. Menurutnya, beberapa saksi, keluarga korban yang sempat ditemui banyak yang tak mau hadir dan tampil ke publik. Sedangkan hal tersebut diperlukan untuk sebuah dokumenter. Namun cerita dan penuturan pihak-pihak tersebut bersedia dikisahkan kembali dalam film dengan perubahan nama, karakter, juga beberapa nama tempat sehingga tak semuanya sama dengan peristiwa aslinya.
Dibintangi Ario Bayu dan Ade Firman Hakim, Eugene berencana film yang terinspirasi dari bom Sarinah ini sudah bisa tayang di bioskop pada 5 Juli mendatang. Proses produksi, menurutnya, ditargetkan rampung pekan awal Mei 2018. “Ngejar banget dan memang cepat. Enggak tahu, merasa tanggalnya tepat saja,” ucapnya seraya tersenyum. (IFR/Tempo.com)