Dikutip dari beritasatu.com, perguruan tinggi dituntut untuk bisa menjadi universitas kelas dunia (world class university/WCU) dengan memanfaatkan secara optimal semua sumber daya yang ada. Untuk bisa mencapai itu, ada dua parameter strategis yang perlu dikembangkan perguruan tinggi, yakni riset dan inovasi.
Hal itu dikatakan Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY/Ama Jogja) Budi Suprapto dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin (23/9/2019). “Entitas pendidikan ditantang untuk untuk menjadi world class university dengan memanfaatkan secara optimal semua sumber daya yang ada serta berbasis teknologi informasi yang berkembang sangat pesat,” ujarnya.
Dikatakan, sudah saatnya perguruan tinggi menerapkan langkah-langkah konkret untuk merealisasikannya. Tentu saja dibutuhkan usaha ekstra dan sungguh-sungguh untuk menjadi universitas kelas dunia yang memiliki serangkaian parameter.
Dikatakan, pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings, misalnya, memiliki serangkaian parameter penilaian yang meliputi riset, inovasi, pengajaran, kemampuan kerja, internasionalisasi, fasilitas, tanggung jawab sosial, dan seni budaya.
“Dari serangkaian parameter tersebut, dua parameter yang pertama menjadi parameter yang bersifat strategis,” ujar Budi. Dijelaskan, indikator yang dipertimbangkan dalam aspek riset adalah kualitas, produktivitas, sitasi, maupun penghargaan yang didapatkan atas riset tersebut.
Sementara, inovasi merupakan hasil dari apa yang sudah dicapai oleh kampus. Dengan inovasi ini, kampus bisa menciptakan lingkungan ekonomi, sosial, bahkan budaya, yang akan meningkatkan reputasi kampus.
Berkaitan dengan itu, UAJY akan menggelar seminar internasional Dies Natalis UAJY ke-54 pada Kamis (26/9/2019). Seminar internasional adalah akan mengambil tema “Research and Innovatioan: Walking Through the Digital Era Towards A World Class University”.
Pembicara seminar tersebut antara lain Mohd Fazli bin Mohd Sam dari Universiti Teknika Malaysia Melaka dan Budi Suprapto (FBE UAJY) dengan moderator Pratiwi Budiharta (FBE UAJY).
“Seminar internasional tersebut akan diselenggarakan di auditorium Kampus UAJY III St Bonaventura, Jalan Babarsari Yogyakarta pada 26 September nanti dimulai pukul 08.30 WIB hingga 11.30 WIB,” ujar Humas Panitia Pelaksana Semiar, Y Sri Susilo.
Ketua Panitia Pelaksana A Totok Budi Santoso mengatakan, proses untuk meniti perjalanan menjadi WCU semestinya bukan semata menjadi pemanis ketika berusaha menggaet calon mahasiswa. Konsepsi matang yang terukur, baik dari volume aktivitas maupun durasi waktunya, juga harus diutamakan.
“Diperlukan strategi yang tepat dan dapat dieksekusi. Eksekusinya akan melibatkan perubahan paradigma, anggaran, kolaborasi, dan komitmen untuk dapat masuk kategori WCU,” ujarnya.
Dijelaskan, ketika UAJY (Atma Jogja) berencana untuk menjadi WCU, maka dibutuhkan karakter sebagai jati diri. Jati diri itu akan menjadi warna dan sumbangsih nyata, yang membedakan dari entitas pendidikan lainnya.
Jati diri itu, kata dia, lahir dan dikembangkan dari potensi sosio-kultural yang hidup dan dikembangkan di dalam entitas UAJY dengan distinguished core value dan nilai-nilai luhur yang berkembang dalam masyarakat di mana UAJY berada. Dengan nilai-nilai utama yang dipupuk dan dikembangkan, kata dia, UAJY harus mampu menghasilkan teori dasar di bidang sains, sosial humaniora, dan model-model inovasi terbarukan. Semua itu akan menjadi magnet bagi orangtua, mahasiswa, dunia industri, serta lembaga-lembaga internasional dan pemerintah.
“Dalam konteks tersebut, seminar akademik berskala internasional ini digelar untuk memantapkan formulasi strategi dan peta jalan untuk menjadi WCU. Strategi yang dibangun dan peta jalan yang ditetapkan itu diharapkan dapat menjadi langkah yang mampu menyinergikan semua sumber daya dan potensinya sehingga terbangun kolaborasi yang cantik untuk merealisasikan WCU,” ujar Totok.