Dikutip dari bisnis.com, Penghiliran produk hasil riset dan inovasi di sektor farmasi perlu didorong guna menghadapi transisi epidemiologi atau penyakit di Indonesia.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Engko Sosialine Magdalene mengatakan hilirisasi perlu peran serta seluruh pemangku kepentingan. Lembaga pendidikan dan riset, badan usaha dan pengambil kebijakan perlu mengembangkan penelitian tentang kesehatan atau life scince.
Tidak hanya itu, menurutnya, hasil riset itu harus didorong agar mampu direalisasikan sebagai produk jadi.
“Bagaimana penelitian sampai pada produk jadi. Itu hilirisasi, mesti didorong,” ujarnya di sela-sela Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) 2019 yang diselenggarakan PT Bio Farma (Persero), Kamis (26/9/2019).
Engko menjelaskan langkah itu perlu dipercepat lantaran terjadi perubahan epidemologi di Indonesia. Menurutnya, ancaman terhadap kesehatan masyarakat pada 1990 Indonesia masih didominasi oleh panyakit menular.
Saat ini, katanya, penyakit tidak menular, seperti serangan jantung dan diabetes, lebih mendominasi. Ragam penyakit pun kian berkembang.
“Kalau dahulu serangan jantung hanya dialami kakek atau nenek, sekarang di bawah usia 40 tahun pun bisa terkena,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset & Teknologi Ismunandar mengatakan sejauh ini pemerintah terus mendukung pengembangan riset.
Menurutnya, ke depan langkah itu akan lebih fokus. Salah satunya fokus pada pengembangan produk farmasi yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
“Ke depan [farmasi] harus lebih fokus. Semua riset lembaga pendidikan dan lembaga riset harus fokus,” ujarnya.