News

Pengamat: Tingkatkan Kolaborasi Riset Kelautan dan Industri Perikanan

JAKARTA – Pengamat sektor perikanan dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim, menginginkan peningkatan kolaborasi antara riset bidang kelautan dengan industri perikanan nasional.

“(Peningkatan kolaborasi) supaya jelas ‘output’-nya,” kata Abdul Halim, di Jakarta, Minggu (14/10/2018).

Menurut dia, sejauh ini dinilai ada jarak antara hasil penelitian dengan obyek penelitian antara lain karena pengabaian keharusan menerapkan hasil pasca penelitian.

Ia berpendapat bahwa riset kelautan dan perikanan perlu diperbanyak riset aplikatif dan diperbesar dana risetnya.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengharapkan para peneliti bidang kelautan dan perikanan dapat meningkatkan riset inovasi sehingga bisa membantu penyelesaian berbagai masalah yang ada di sektor tersebut.

“Kepada para peneliti saya berharap dapat terus berperan meningkatkan riset inovasi yang dibutuhkan dunia usaha atau industri dan masyarakat, sehingga mendukung percepatan hilirisasi di Indonesia,” kata Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widkjaja dalam acara Science and Innovation Business Matching di Jakarta, Selasa (09/10/2018).

Menurut dia, peneliti perlu meningkatkan kerja sama dengan mitra industri, yang juga merupakan salah satu cara sinergi pemerintah dan akademisi untuk menghasilkan inovasi kelautan dan perikanan.

Dengan demikian, lanjutnya hal tersebut juga dinilai akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Berdasarkan data dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tingkat pencapaian hilirisasi riset inovasi di industri di Indonesia masih sekitar 3-5%, terpaut jauh dengan tingkat keberhasilan China (25%) ataupun Amerika Serikat dan Eropa (10-15%).

Rendahnya kesuksesan itu, ujar dia berkaitan dengan minimnya kerja sama antar lembaga penelitian dengan industri.

Dalam acara tersebut, Badan Riset KKP juga meluncurkan sejumlah produk inovasi, antara lain Mini AIS (Automatic Identification System), yakni transponder AIS berukuran kecil untuk meningkatkan keselamatan nelayan ketika sedang melaut, khususnya nelayan kecil.

Selain itu, kalangan industri perikanan nasional diajak meningkatkan kerja sama serta memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan paten yang telah dihasilkan oleh berbagai pusat riset KKP.

“Kami harapkan hasil-hasil paten kami ke depannya bisa lebih dikerjasamakan dengan pihak industri,” kata Kepala Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja.

Menurut dia, pihak KKP mendorong “research center” atau pusat riset menjadi lembaga independen yang berorientasi untuk menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki di Nusantara.

Sjarief memaparkan, saat ini terdapat 47 pusat riset yang rata-rata memiliki luas lahan masing-masing sekitar 10-120 hektare, serta potensi yang luar biasa untuk dapat dimanfaatkan guna pengembangan penelitian perikanan. (wartaekonomi.co.id)

Join The Discussion