Jakarta – Siapa yang tidak suka cokelat? Sebagian besar orang, tidak peduli berapa pun usianya, menyukai cokelat. Sulit untuk mereka menolak pemberian cokelat dari orang lain karena saking sukanya.
Ahli Botani, James Wong, penasaran dan berupaya mencari jawaban mengapa orang-orang sangat menyukai cokelat. Biar pun sedang diet, saat cheating day tiba, yang dicari adalah cokelat.
Sudah sejak ribuan tahun yang lalu masyarakat di Amerika Serikat menjadikan cokelat camilan favorit. Bahkan, Suku Maya dan Aztec punya minuman khas yang terbuat dari biji kakao yang dikenal dengan sebutan xocolati.
Xocolati memiliki arti air yang pahit. Karena memang minuman itu terbuat dari biji kakao pertama yang masih mentah sehingga rasanya masih sangat pahit.
Untuk mendapatkan biji pertama itu, masyarakat dari Suku Maya dan Aztec harus membuka sekam tebal dari kulit kakao itu, kemudian melepaskan daging buah yang memiliki rasa tropis, perpaduan antara limun dan apel custard yang manis, asam, dan lengket.
Biji dan daging buah difermentasi selama beberapa hari, sebelum dikeringkan lalu dipanggang. Saat biji dan daging buah dipanggang, pelbagai senyawa kimia akan muncul ke permukaan.
Aroma dari senyawa kimia seperti asam 3-metilbutanoik membuat otak orang yang mencium aromanya akan suka, sebagaimana dikutip dari situs BBC, Rabu (1/3/2017)
Merayu indera seseorang
Cokelat juga mengandung sejumlah bahan kimia psikoaktif (zat yang masuk ke tubuh dan memengaruhi tubuh) yang menarik.
“Hal ini termasuk anandamide, sebuah neurotransmitter (senyawa organik endogenus pembawa sinyal), yang namanya berasal dari bahasa Sanskerta–ananda, yang berarti sukacita, kebahagiaan. Ada juga kandungan tyramine (zat yang diproduksi protein) dan phenylethylamine (bahan kimia yang ditemukan di dalam tubuh),” jelas James.
Lebih lanjut, kandungan tyramine dan phenylethylamine memiliki efek yang mirip dengan amfetamin (obat yang bisa digunakan untuk mengobati gangguan) hiperaktif. Beberapa ilmuwan makanan sangat bersemangat soal penemuan kesukaan cokelat.
Otak tidak akan terkena bahan kimia dari makan beberapa kotak cokelat. Cokelat mungkin memainkan peran kecil dalam merayu indera seseorang.
Gula ditambah lemak
Ketika cokelat digigit, maka cepat meleleh di lidah, lantas meninggalkan sensasi lama yang lembut. Reseptor sentuhan khusus di lidah mendeteksi perubahan tekstur cokela, yang berujung menstimulasi perasaan senang.
Tetapi hal yang benar-benar berubah, kakao dari minuman pahit dan berair ke dalam camilan–yang dinikmati sampai hari ini–adalah penambahan gula dan lemak.
Penambahan jumlah yang tepat dari masing-masing sangat penting untuk memberikan kenikmatan cokelat. Anda bisa melihat di sisi sebungkus cokelat susu biasanya mengandung sekitar 20-25 persen lemak dan 40-50 persen gula.
Di alam nyata, kadar tinggi gula dan lemak jarang ditemukan. Anda bisa mendapatkan banyak gula alami dari buah-buahan dan akar. Ada banyak lemak dapat ditemukan dalam kacang-kacangan atau sepotong lezat salmon, tapi satu dari beberapa tempat yang akan ditemukan punya kandungan gula dan lemak terdapat dalam susu.
ASI mengandung sangat kaya gula alami, terutama laktosa. Kira-kira 4 persen dari ASI adalah lemak, sedangkan sekitar 8 persen terdiri dari gula. Susu formula, yang diberikan ke bayi, mengandung rasio yang sama, lemak sampai gula.
Rasio sebanyak 1g lemak sampai 2g gula adalah rasio yang sama, yang Anda temukan dalam cokelat susu. Selain itu juga terdapat pada biskuit, donat, dan es krim. Bahkan rasio tertentu tercermin dalam banyak makanan yang membuat kita sulit untuk menolaknya. (IFR/Liputan6.com)