JAKARTA – Karena inefisiensi pengujian, kekurangan pemeliharaan dan faktor lainnya, mobil, truk, dan bus di seluruh dunia memancarkan lebih dari 4,6 juta ton nitrogen oksida (NOx) yang berbahaya. Hal ini di atas standard yang ditetapkan, menurut sebuah studi terbaru yang ditulis bersama oleh para peneliti Universitas Colorado Boulder, AS.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature itu, menunjukkan bahwa emisi berlebih ini menyebabkan 38.000 kematian prematur setiap tahunnya di seluruh dunia, termasuk 1.100 kematian di Amerika Serikat.
“Temuan ini mengungkapkan ketidak konsistenan antara emisi kendaraan yang dipancarkan saat pengujian lab dan apa yang mereka pancarkan di dunia nyata, dan ternyata masalahnya jauh lebih parah,” kata salah seorang peneliti.
Dan sebuah kejadian pada 2015 lalu yang sempat menggemparkan ialah regulator federal AS menemukan bahwa Volkswagen (VW) telah melengkapi jutaan mesin diesel barunya dengan “perangkat pengurangan”.
Perangkat tersebut dapat merasakan saat kendaraan sedang menjalani pengujian sehingga mengurangi emisinya agar sesuai dengan standar pemerintah. Kelebihan emisi dari perangkat tersebut telah dikaitkan dengan sekitar 50 sampai 100 kematian di AS per tahun.
“Banyak perhatian telah dikerahkan untuk mengawasi perangkat tersebut, namun pekerjaan kami menekankan adanya masalah yang jauh lebih besar,” kata Daven Henze, seorang profesor teknik mesin di CU Boulder yang, bersama dengan peneliti postdoctoral, Forrest Lacey memberikan kontribusi pada studi. “Ini menunjukkan bahwa selain memperketat standar emisi, kita perlu mencapai standar yang sudah ada dalam kondisi berkendara di dunia nyata.”
Penelitian ini dilakukan dalam kemitraan dengan International Council on Clean Transportation, sebuah organisasi nirlaba yang bermarkas di Washington, D.C., dan Environmental Health Analytics LLC.
Untuk makalah tersebut, para peneliti menilai 30 studi tentang emisi kendaraan di bawah kondisi berkendara di dunia nyata di 11 pasar kendaraan utama yang mewakili 80 persen penjualan kendaraan diesel baru pada 2015 silam. Pasar tersebut meliputi Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Uni Eropa, India, Jepang, Meksiko, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Mereka menemukan bahwa pada 2015, kendaraan diesel mengeluarkan 13,1 juta ton NOx, bahan peledak kimia untuk partikel dan ozon. Paparan pada manusia bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan masalah kesehatan lainnya. Seandainya emisi memenuhi standar, maka kendaraan akan dipancarkan mendekati 8,6 juta ton NOx.
Kendaraan berat seperti truk komersial dan bus, sejauh ini merupakan kontributor terbesar di dunia, menyumbang 76 persen dari total emisi NOx dunia.
Henze menggunakan pemodelan komputer dan data satelit NASA untuk mensimulasikan bagaimana kadar partikulat serta ozon, dan akan dipengaruhi oleh tingkat NOx berlebih di lokasi tertentu. Tim peneliti itu kemudian menghitung dampaknya terhadap kesehatan, tanaman, dan iklim. “Konsekuensi emisi diesel NOx berlebih untuk kesehatan masyarakat sangat mencolok,” kata Susan Anenberg, co-lead author dari studi ini dan salah satu pendiri Environmental Health Analytics.
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menderita dampak kesehatan terbesar dengan 31.400 kematian per tahun disebabkan oleh polusi NOx diesel, dengan 10.700 kematian yang terkait dengan emisi NOx berlebih melampaui batas sertifikasi. Di Eropa, dimana diberlakukan mobil diesel penumpang umum, 28.500 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh polusi NOx diesel, dengan 11.500 kematian yang terkait dengan emisi berlebih.
Studi tersebut memproyeksikan bahwa pada tahun 2040, 183.600 orang akan meninggal dini setiap tahun karena emisi gas buang NOx kendaraan kecuali pemerintah setiap negara bertindak mengatasinya.
Dan penulis sendiri mengatakan bahwa tes sertifikasi emisi oleh pemilik kendaraan bisa lebih akurat jika mereka mensimulasikan berbagai kecepatan, gaya mengemudi, dan suhu lingkungan yang lebih luas. Beberapa negara Eropa kini tengah menggunakan perangkat pengujian portabel yang melacak emisi mobil yang sedang bergerak.
“Standar emisi kendaraan yang lebih ketat ditambah dengan langkah-langkah untuk memperbaiki kepatuhan dunia nyata dapat mencegah ratusan ribu kematian dini akibat penyakit terkait polusi udara setiap tahunnya,” pungkas Anenberg. (IFR/Erabaru.net)