SURABAYA – Tenaga nuklir ternyata tidak hanya bisa digunakan sebagai senjata pemusnah massal dan pembangkit listrik, tetapi juga untuk meneliti sejarah kepurbakalaan.
Tiga peneliti membuktikan bahwa tenaga nuklir bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi situs purbakala atau benda bersejarah.
Metode identifikasi benda cagar budaya dengan memanfaatkan tenaga nuklir pernah dilakukan pada Arca Maha Nandi asal India. Arca berbentuk lembu itu sudah ada sejak abad IX.
“Arca Maha Nandi adalah koleksi saya, yang menjadi eksperimen pertama,” kata Johan Yan, salah satu peneliti asal Surabaya yang juga seorang motivator.
Dari pemanfaatan tenaga nuklir, kata Johan, akan diketahui komposisi logam benda purbakala yang ditarget, untuk kemudian dibedakan dengan data komposisi logam pada zamannya.
“Ini metode ilmiah, jika dengan metode konvensional butuh waktu berbulan-bulan, dengan metode nuklir, cuma butuh waktu paling lama 10 menit untuk mengidentifikasi benda cagar budaya,” jelasnya.
Riset yang dilakukannya bersama arkeometalurgi Universitas Gajah Mada, Prof Timbul Haryono dan pakar nuklir dari Badan Tenaga Nuklir Nasional, Prof Samin Prihatin itu menurutnya dipercaya akan meminimalisir aksi pemalsuan benda cagar budaya.
“Seperti kita tahu, mafia cagar budaya kerap memalsukan benda bersejarah, dan yang asli dilelang ke luar negeri dengan harga miliaran rupiah,” tuturnya.
Pemanfaatan teknologi nuklir, menurutnya, bukanlah hal baru. Namun pemanfaatan untuk mengidentifikasi benda cagar budaya belum pernah dilakukan di Indonesia.