JAKARTA – Dalam kesempatan acara “Knowledge Sharing Session – Gender and Social Inclusion (GESI) Perspective in Research for Development” yang digagas oleh Knowledge Sector Innitiative (KSI), di Hotel Arya Duta Jakarta, 7/12. Lies Marcus Reviewer GESI atas beberapa naskah KSI mengatakan, pada umunya penelitian GESI harus dititikberatkan pada semangat perubahan, bukan hanya sekadar riset.
“Semangat perubahan bangsa, maka harus dimulai dari sejak bagaimana sebuah riset didesain, bagaimana pendekatannya, bagaimana memastikan ketersediaan data, serta sejak awal harus sudah memersiapkan jika data tidak ada. Intinya lebih kepada pengelolaan pengetahuan untuk perubahan,” kata Lies.
Menurut Lies, riset GESI sangat diutamakan menggunakan metode partisipatif, dengan melakukan pelibatan terhadap perempuan secara dekat. Selain itu, desain riset harus mampu membuat visibilitas perempuan. Lies Menambahkan Riset yang dilakukan juga harus menjelaskan perubahan apa yang akan dicapai dalam relasi gender tersebut.
“Harus sampai kepada pemahaman bahwa pengalaman perempuan itu ‘’sah” sebagai kebenaran. ketika perempuan tidak bicara pun itu kebenaran, ketika konteksnya kekerasan. Tinggal bagaimana kita memahami diamnya itu,” terang Lies.
Kemudian Lies juga menjelaskan cara menbaca data yang harus dilakukan para periset, menurut Lies, data pilah jender belum apa-apa jika hanya sebuah data. Data tersebut baru bermakna jika sudah memiliki statsitik gender, yang memperlihatkan letak kesenjangannya. Selain itu, riset GESI diharapkan pada masa mendatang dapat menjadi pelajaran bagi perempuan lain dan untuk menyumbangkan pengetahuan dibidang GESI.
Terakhir Lies juga berharap hadirnya kesempatan lanjutan terkait isu-isu yang dianggap netral terkait gender diselenggarakan lagi, bukan hanya oleh KSI, tetapi lembaga donor lainnya. (msr)