News

Penelitian Gambut di Rasau Berikan Dampak Positif Pada Perekonomian Masyarakat

KUBURAYA – Lahan gambut dikenal sebagai lahan marjinal atau sub-optimal (piasan) yang mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan biologi, termasuk lingkungan sekitarnya kurang baik untuk dikembangkan, khususnya untuk pertanian.

Namun dengan perbaikan dan perlakuan khusus lahan gambut dapat menjadi lahan produktif yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai pengembangan komoditas seperti padi, sayur mayur, jagung, nenas, tanaman tahunan, ikan, ternak dan lainnya.

Atas dasar itu lah pihak Fakultas Kehutanan melakukan penelitian di lahan gambut dengan penanaman tanaman lokal yaitu jagung bekerja sama dengan petani setempat.

Adapun tim penelitian yaitu Dr. Farah Diba, S.Hut, M.Si, Dr. Ir. Fahrizal, MP, Dr. Rossie Wiedya Nusantara, S.P, M.Si, Dr. Novira Kusrini, S.P, M.Si, Ir. Hendarto, M.Sc, Dr. M. Sofwan Anwari, S.Si, M.Si, Dwi Yoga Budi Pranoto, S.Hut dan Andi Suryadi, S.Hut

Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun pertama ini (2017) tidak hanya berdampak pada kondisi lahan yang semakin baik namun juga berdampak pada pendapatan masyarakat setempat.

Dikatakan Fahrizal para petani dalam satu tahun dapat panen jagung empat kali panen dengan luas lahan kurang lebih 2 hektare.

“Panen jagung 4 kali dalam setahun bahkan saat ini mereka akan memperluas lahan untuk tanaman jagung,” jelas Fahrizal

Lanjut, ditahun kedua pihak kehutanan akan melakukan upaya dibidang pemasaran dan tahun ketiga bidang pengolahan hasil.

Para petani dapat menjual hasil panen jagung dengan harga satu karung dengan jumlah seratus bongkol jagung dihargai seratus lima puluh ribu rupiah.

Keberhasilan para petani diakui Prof. Maas Ahli gambut Badan Restorasi Gambut (BRG) dari UGM saat melakukan kunjungan ke lahan penelitian tersebut

Dikatakannya, perekonomian masyarakat setempat akan meningkatkan mengingat dengan harga 150 ribu per 100 jagung kemudian dapat dikakulasikan dengan jumlah panen dalam satu tahun.

“Coba kita liyat dalam satu hektare bisa menghasilkan berapa bonggol jagung kemudian 100 bonggol dijual seharga 150 ribu dan kita kalikan 4 kali dalam setahun mereka panen, belum lagi daun jagungnya digunakan untuk ternak sapi mereka, artinya ini dapat dikatakan berhasil,” jelas Maas saat kunjungan.

Tambahnya, penelitian yang dilakukan pihak kehutanan juga berdampak baik pada struktur tanah dan sistem perairan gambut. (IFR/Tribunnews.com)

Join The Discussion