News

Penelitian Bappeda Nyatakan Kota Semarang Belum Ramah Lansia

SEMARANG – Kota Semarang hingga kini belum layak dikatakan sebagai kota ramah lanjut usia (Lansia). Hal itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang Tahun 2018.

Kepala Bappeda Kota Semarang, Bunyamin menyebutkan, sebagai upaya menuju kota yang layak lansia maka dilakukan kajian berdasarkan pendapat masyarakat mengenai 8 indikator dan 95 variabel kota layak lansia di Kota Semarang.

Delapan indikator utama yang dinilai meliputi ruang terbuka dan bangunan, transportasi, perumahan, partisipasi sosial, penghormatan dan keterlibatan sosial, partisipasi sipil dan pekerjaan, komunikasi dan informasi, dan dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

“Hasil penelitian memang menyatakan Kota Semarang belum layak dikatakan kota layak lansia atau ramah lansia,” kata Bunyamin, dalam Sosialisasi Hasil-Hasil Penelitian Kota Semarang Tahun 2018 dengan tema “Mewujudkan Kota Semarang yang Produktif dan Layak Huni bagi Seluruh Masyarakat” di ruang rapat Bappeda, Gedung Moch Ihsan, Balai Kota Semarang, Selasa (21/8/2018).

Ia menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan, 5 indikator masuk dalam kategori merah, yang artinya masih jauh dari kota layak lansia. Sedangkan 3 indikator lain masuk kategori orange, yang juga masih belum memenuhi sebagai kota layak lansia.

“Masih jauh dari kategori kuning bahkan hijau, yang memenuhi kriteria kota layak lansia,” jelasnya.

Ia menekankan, setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah harus berdasarkan hasil kajian atau penelitian. Sehingga ketika merumuskan kebijakan dan program serta kegiatan dapat lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Dari beberapa kesimpulan penelitian yang disampaikan, nantinya diharapkan menjadi masukan yang dapat ditindaklanjuti oleh stakeholder di Kota Semarang, khususnya organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dalam rangka merumuskan program dan kegiatan agar lebih tepat sasaran,” tegasnya.

Manfaat untuk stakeholder yang lain, lanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan juga dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk dapat dimanfaatkan berdasarkan peran dan fungsi stakeholder sehingga dapat bergerak bersama dalam rangka mewujudkan Kota Semarang menjadi lebih hebat dan semakin sejahtera.

Kepala Bidang Penelitian Bappeda Kota Semarang, Satya Hadi menambahkan, kemajuan ekonomi yang ada di kota pada dasarnya adalah dalam upaya membuat kota menjadi lebih produktif dan pada ujungnya adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Namun seringkali peningkatan produktifitas kota menjadikan sebuah kota menjadi banyak mengalami permasalahan, mulai dari munculnya permukiman kumuh, penurunan kualitas air, kemacetan, kurangnya ketersediaan infrastruktur, dan lainnya.

“Terutama yang berkaitan dengan permasalahan pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya. Kota yang produktif seringkali mengabaikan aspek lingkungan dan sosial yang akibatnya kota menjadi tidak layak huni,” tambahnya.

Terkait hasil penelitian yang menyatakan Kota Semarang yang belum ramah lansia, ia mengatakan, dari hasil penelitian itu nanti dirumuskan bagi kepala daerah berupa kebijakan-kebijakan dalam menuju kota ramah lansia.

“Itu kita tindaklanjuti ekskusi program kegiatan. Ini sudah ditindaklanjuti Bidang Perencanaan Sosial Budaya dengan menyusun rencana pembangunan Kota Semarang menuju kota ramah lansia,” ujarnya.

Faktor penyebab belum ramah lansia, imbuhnya, banyak sarpras yang dibangun pemerintah untuk lansia namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia mencontohkan pedestrian yang dialihkan masyarakat untuk PKL.

Selain itu, masih banyak rumah sakit di Kota Semarang yang belum menyediakan fasilitas khusus lansia, khususnya rumah sakit swasta. Kemudian fasilitas publik lainnya di antaranya taman lansia juga belum ada.

“Fasilitas untuk lansia di Kota Semarang belum terbangun. Masih jauh dari harapan,” imbuhnya. (IFR/Tribunnews.com)

Join The Discussion