News

Penelitian: 73 Persen Napi Terinfeksi HIV AIDS Disiplin Minum ARV

Warga binaan atau narapidana di sejumlah Lembaga Permasyarakatan (Lapas) rentan terpapar virus HIV AIDS. Mereka yang memang sudah mengidap virus mematikan itu, umumnya tertular karena penggunaan narkoba suntik atau berhubungan seksual tak aman dan sesama jenis. Untuk mendorong mereka untuk sembuh memang sebuah tantangan besar.

Dalam penelitian yang dilakukan tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), ternyata angka kepatuhan dan kedisiplinan warga binaan di Lapas cukup baik. Artinya mereka masih memiliki semangat untuk bertahan bahkan sembuh dari virus tersebut.

“Dalam studi saya itu ditemukan bahwa angka warga binaan di Lapas dalam penelitian yang masih sedang berlangsung yaitu dari 120 responden, ternyata masih ada angka kedisiplinan minum obat ARV itu 73 persen,” kata Pakar Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Agung Waluyo kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Tantangan terbesarnya adalah para warga binaan masih kecanduan atau adiksi dalam mengonsumsi narkotika. Sehingga akan sulit jika mereka hanya fokus pada adiksi sedangkan ARV harus diminum setiap hari.

“Kami perkirakan kalau saja mereka tak pakai narkotika dan zat terlarang maka angka kedisiplinan akan lebih tinggi. Karena kan di Lapas lebih diperhatikan, diawasi. Mereka kontrol ke klinik sebulan sekali mendapatkan ARV,” tutur Agung.

Menurutnya warga binaan ODHA yang merupakan mantan pengguna atau masih menggunakan narkoba, berbeda dengan pasien HIV lain. Karena memang pada pasien-pasien HIV pengguna narkotika itu sudah terjadi gangguan di otaknya. Ada rasa adiksi.

“Oleh karena itu dalam penelitian saya berikan pola hidup sehat. Yang belum minum obat harus minum obat. Sebab jika disiplin banyak contoh yang rutin justru tak menularkan virus mematikan ke anak istrinya. Saya berharap penelitian ini bisa mempengaruhi tingkat kedisiplinan setelah diedukasi,” jelasnya.

Obat ARV Tak Berfungsi pada Pengguna Narkoba?

Menurut Agung, konsumsi ARV oleh pengguna narkoba bukan terkait efektif atau tidaknya. Akan tetapi rasa adiksi bisa mempengaruhi malas atau tidaknya pengguna mau minum obat atau tidak. Jika masih sering terganggu pikiran sakau atau ketagihan, maka akan percuma.

“Minimal ODHA pengguna narkoba akan terganggu kedisiplinan minum obat. Misalnya kalau dapet ARV 2x sehari, kalau masih terganggu pikiran sakau, itu akan terganggu. Kalau sudah mulai fokus hidup sehat kan enggak kepikiran akan memakai narkoba lagi,” jelasnya.

Sayangnya, menurut Agung, ODHA pengguna narkoba memiliki keunikan sifat yang jauh lebih temperamental dan mudah tersinggung. Maka diperlukan pendekatan humanis oleh tenaga kesehatan.

“Kalau ODHA disiplin minum ARV maka enggak akan tularkan virus ke orang lain. Di saat tua akan tersisa generasi yang tak tertular sama sekali. Tapi tentu keinginan itu tak semudah membalikkan telapak tangan,” tutur Agung. (IFR/Jawapos.com)

Join The Discussion