Siapa sangka, ada tempat yang mirip dengan planet Mars di bumi. Tempat tersebut terletak di sepanjang pantai barat Amerika Selatan, yaitu sebuah padang pasir yang sangat luas dan mirip “neraka” di bumi. Kemiripian wilayah yang kring dan panas ini membuat para ilmuwan menyebutnya sebagai tempat paling mirip planet Mars di bumi. Tempat tersebut adalah Gurun Atacama di Chile. Saking keringnya gurun ini, bahkan hujan tidak turun di wilayah tersebut selama beberapa dekade atau abad. Itu pulalah yang membuat padang luas tersebut tidak bisa dihuni manusia, mirip dengan planet Mars.
Namun, para ilmuwan baru saja membuat penemuan besar di gurun paling kering di dunia tersebut. Untuk pertama kalinya, para peneliti mengamati kehidupan mikroba yang tinggi di area Atacama yang sangat kering. Hasilnya menunjukkan bahwa di lingkungan berdebu dan sangat panas tersebut ada kehidupan mikroba, meski ini bertentangan dengan segala aturan ekosistem. Temuan ini, memunculkan harapan baru untuk menemukan kehidupan di planet merah.
“Saya selalu terpesona untuk pergi ke tempat di mana orang tidak berpikir ada sesuatu yang bisa bertahan dan mengetahui bahwa hal itu menemukan cara untuk bertahan hidup,” ungkap Dirk Sculze-Makuch, seorang ahli planet dari Washington State University, AS dikutip dari Science Alert, Selasa (27/02/2018).
“Jika ada makhluk yang bisa bertahan di lingkungan terkering di bumi, maka kemungkinan besar ada pula di Mars yang bertahan hidup dengan cara yang sama,” sambungnya.
Sebenarnya, penemuan mikroba di Gurun Atacama ini bukanlah yang pertama. Penelitian sebelumnya juga telah menemukan bahwa setiap kehidupan yang ditemukan di tanah berpasir bisa menjadi “sisa-sisa sel yang mati atau sekarat dan diakumulasikan oleh proses atmosfer”.
Sedangka dalam penelitian kali ini, para peneliti menemukan bukti aktual bahwa mikroba yang mereka amati melakukan metabolisme aktif yang berkembang (setidaknya bertahan) di tanah. Namun, temuan hebat biasanya bergantung pada keberuntungan yang lebih besar.
Hal itulah yang dialami oleh Schulze-Makuch dan koleganya. Sesaat setelah mereka tiba di gurun tersebut pada 2015, hujan deras turun di sana. Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat langka dan menghasilkan curah hujan terbesar di kawasan tersebut. Pasalnya, rekaman resmi memperlihatkan bahwa hujan turun terakhir kali di gurun tersebut sekitar 40 tahun silam. Hujan besar di gurun kering ini segera membuat banjir besar.
Kini Jadi Gurun Setelah banjir besar, para peneliti mendeteksi adanya ledakan aktivitas biologis dalam sampel tanah yang diambil di delapan lokasi lintasan gurun tersebut. Tahun-tahun selanjutnya, 2016 dan 2017, para peneliti kembali melakukan penyelidikan lanjutan. Sayangnya, saat mereka kembali, hujan tidak turun dan tanda-tanda kehidupan mulai hilang pada sampel selanjutnya. Meski demikian, kombinasi tes genomik dan analisis kimia menunjukkan, mikroba tersebut berevolusi di tanah tertentu tempat mereka ditemukan.
Komunitas bakteri keras yang ditemukan berada beberapa meter di bawah permukaan padang pasir. Ini juga menunjukkan bahwa mikroba tersebut bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama di antara cairan. Penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini menjelaskan, mikroba tersebut memasuki semacam metabolisme statis untuk mengatasi periode kekringan hingga hujan kembali turun. “Ini benar-benar pertama kalinya seseorang dapat mengidentifikasi bentuk kehidupan yang terus menerus tinggal di Gurun Atacama,” kata Schulze-Makuch.
“Kami percaya bahwa komunitas mikroba ini dapat ‘tertidur’ selama ratusan atau bahkan ribuan tahun dalam kondisi yang sangat mirip dengan apa yang Anda temukan di planet Mars dan kemudian kembali aktif saat hujan turun,” sambungnya.
Namun tentu perlu diingat bahwa sekeras dan sesulit apapun wilayah Atacama, ia erbeda dengan Mars. Mars mungkin punya kondisi yang lebih kering dan lebih dingin sehingga sulit dibayangkan. Meski begitu, temuan ini membawa harapan baru untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di Mars. “Kami tahu ada air yang membeku di tanah Mars dan penelitian terbaru menemukan dengan kuat ada hujan salju dan kejadian kelembapan lainnya yang meningkat di dekat permukaannya,” ujar Schulze-Makuch. Baca juga: Sukses Jalani Simulasi Mars, 6 Ilmuwan Israel Pulang dari Gurun Negev “Jika kehidupan di Mars berevolusi, penelitian kami menunjukkan bahwa hal itu bisa menemukan ceruk bawah permukaan di bawah permukaannya yang sangat kering itu,” tutupnya. (IFR/Kompas.com)