JAKARTA – Beberapa penelitian mengungkapkan saat seseorang depresi belum tentu menunjukan tanda-tandanya. Kenyataan bahwa seseorang menjalani kehidupan yang sibuk dan merawat diri sendiri, akan sangat sulit menyadari tanda-tanda depresi pada orang lain, bahkan keluara dan orang yang dicintai.
Seperti dilansir dari laman Ubergizmo, Senin (3/9/2018) para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengembangkan jaringan saraf yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi tanda-tanda depresi berdasarkan cara seseorang berbicara.
Menariknya, peneliti menggunakan teknologi Artificial intelligence (AI). Ini dapat diterapkan untuk semua jenis percakapan, seperti wawancara, di mana dapat membantu memprediksi apakah orang tersebut depresi tanpa memerlukan informasi lain.
Penelitian menggunakan AI untuk mendeteksi depresi bukanlah hal baru. Ternyata, beberapa peneliti telah menggunakan AI untuk mendeteksi depresi dari postingan Instagram.
Namun salah satu perbedaan antara model yang ada dan model yang dikembangkan peneliti MIT adalah bahwa membutuhkan subjek nyata (pasien), yang berarti bahwa bagaimana dan kapan model dapat diterapkan sangat terbatas.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pola bicara untuk mendeteksi depresi, tanpa perlu pertanyaan atau jawaban khusus. Salah satu potensi penggunaan model semacam itu adalah bahwa hal itu dapat diterapkan untuk semua jenis percakapan.
Kemudian, tidak menutup kemungkinan jika suatu hari mungkin ada dalam aplikasi pada ponsel cerdas untuk memantau percakapan dan mengirim notifikasi ketika mendeteksi ada sesuatu yang salah. (IFR/Okezone.com)