Generasi millennials disebut akan menjadi penentu yang memiliki porsi besar di Pilpres 2019. Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai bahwa pemilih millennials memiliki rasa politik yang berbeda.
Zuhro mengatakan para millennials lebih berpikir rasional, sehingga kebanyakan dari mereka suka dengan pemilih yang cerdas. Bahkan, ia menyampaikan pada pemilih millennials saat ini tidak bisa didikte dengan provokasi politik.
1. Generasi millennials suka dengan pemimpin cerdas
Zuhro menungkapkan, generasi millennials dianggap memiliki rasa politik tersendiri dan berbeda. Menurutnya, para pemilih pemula akan lebih memilih pemimpin yang cerdas.
“Mengenai generasi millennials, sepengetahuan saya mereka memiliki satu taste politik yang beda. Mereka lebih rasional, konkret, dan suka sosok yang cerdas,” kata Zuhro di Sofyan Hotel Cut Meutia, Jakarta Pusat, Rabu (28/8).
2. Pemilih pemula sudah bisa membayangkan sosok pemimpin menurut mereka
Lanjut Zuhro, anak muda sekarang tidak akan mudah didikte. Anak-anak muda saat ini sudah bisa membayangkan sosok pemimpin apa yang bisa meyakinkan mereka.
“Mereka punya satu bayangan bahwa pemimpin adalah orang yg bisa meyakinkan, bagaimana kemampuan menyugesti anak-anak muda itu dari waktu ke waktu. Tapi yang paling mereka benci adalah korupsi. Jadi anak muda suka pemimpin yang lugas, tegas, tapi friendly,” ungkapnya.
3. Generasi millennials dapat tetap rukun meski beda pendapat
Sementara anggota Dewan Syuro PKB Maman Imanulhaq mengatakan bahwa pemilih millennials lebih memiliki rasionalitas, karena mereka adalah pembaca yang baik. Generasi millennials dianggap bisa tetap rukun meski berbeda pandangan politik.
“Mereka pembaca yang baik. Mereka punya cara walau berbeda tapi rukun. Seperti Bung Karno dan Bung Hatta, pecah tapi tetap komunikasi. Itu yang harus dimaksud harus dimasukkan ke dalam generasi millennials,” ujar Maman. (IFR/Idntimes.com)