Siti Nurul Aisiyah Jenie, Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tengah mengembangkan tes deteksi dini kanker.
Ide tersebut tercetus lantaran Ais, sapaan akrabnya, melihat kanker merupakan penyakit yang menjadi beban masyarakat, terutama perempuan.
Kasus kanker diperkirakan meningkat hingga 70 persen hingga tahun 2030. Kanker adalah penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit jantung di negara berkembang, menurut data WHO pada 2003.
Lalu, sebanyak 33 persen dari pasien yang terdiagnosis kanker sudah berada pada stadium III. Inilah yang melatari gagasan perempuan alumnus Universitas South, Australia, tersebut untuk merumuskan aplikasi bioimaging optik yang sensitif dan selektif terhadap sel kanker, terutama kanker serviks dan kanker payudara yang merenggut banyak nyawa perempuan.
Berkat ide tersebut, dia pun menyabet perhargaan L’OREAL – UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 untuk kategori material science.
Proposal yang dia ajukan saat itu berjudul Pengembangan Nanopartikel Berfluoresens Berbasis Silica Alam Indonesia untuk Bioimaging Optik.
Ditemui dalam acara Peringatan Hari Perempuan Internasional di Jakarta, pada Kamis (8/3/2018), Ais menjelaskan bahwa masyarakat nantinya akan bisa melakukan deteksi awal kanker dengan alat ini sebelum menjalani pemeriksaan di laboratorium kesehatan. Hasilnya kemudian bisa ditunjukkan ke petugas medis untuk diberi tindakan lanjutan.
Kini, Ais tengah menguji sensitivitas material silika yang ia pergunakan untuk alat tes kanker sedari dini. Silika tersebut tersintesis hingga menjadi nanopartikel dan diubah menjadi bersifat fluoresens (bercahaya). Kemudian, Ais berencana menguji selektivitas marker dari kanker.
“Ketika di tes di badan prinsipnya on-off gitu. Apabila ditaruh pada tubuh orang terkena kanker, dia akan menyala. Lalu kalau tidak glowing, tidak ada sel kanker berarti,” ujarnya.
Kelak, dia menginginkan alat temuannya itu berbentuk seperti test pack (tes kehamilan). Alat tersebut, harapannya, dapat dengan mudah dijumpai di pasaran seperti apotek atau toko obat terdekat.
“Jadi bisa dipakai orang medis dan non-medis. Targetnya sih untuk orang non-medis. Bentuknya dibikin seperti test pack,” ujarnya. (Nationalgeographic.co.id)