News

Peneliti: Kemudahan Berusaha Solusi Atasi Perang Dagang

Dikutip dari medcom.id, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan kebijakan yang akan meningkatkan kemudahan berusaha di Tanah Air merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi dampak perang dagang yang memengaruhi perekonomian global.

“Urgensi untuk menciptakan kemudahan berusaha adalah guna mendatangkan investasi sebesar-besarnya di Indonesia,” kata Pingkan Audrine Kosijungan, seperti dikutip dariĀ Antara, di Jakarta, Jumat, 6 September 2019.

Menurut Pingkan perang dagang yang sudah terjadi sejak 2018 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan selesai. Selain itu, ujar dia, Bank Dunia sudah memperkirakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok menurun maka akan berpengaruh terhadap penurunan pertumbuhan PDB Indonesia.
Ia berpendapat tren serupa sebenarnya sudah terjadi pada tahun lalu ketika perang dagang mulai bergulir, namun Indonesia dapat terhindar dari gejolak berkepanjangan akibat sokongan dari investasi langsung asing (FDI).

Untuk 2018, realisasi investasi terbesar ada pada sektor jasa dengan capaian 54,1 persen dengan angka Rp177,5 triliun disusul kemudian oleh sektor manufaktur dengan capaian 25,4 persen dengan angka Rp83,6 triliun.

“Derasnya aliran investasi yang masuk pada sektor jasa tidak luput dari pesatnya perkembangan teknologi finansial yang mendapat suntikan dana dari FDI. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan kemudahan dalam berinvestasi,” katanya.

Ia mengemukakan perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok ini justru membawa dampak pada negara-negara di dunia dan juga ekonomi global. Pemerintah Indonesia perlu memperkuat implementasi kemudahan berusaha untuk menekan dampak perang dagang terhadap ekonomi nasional.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah akan fokus mendorong ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk memperbaiki neraca perdagangan pada semester I 2019 yang saat ini telah mencapai angka 1,90 miliar dolar AS.

“Peningkatan ekspor di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami harus melakukannya,” kata Enggartiasto seraya menambahkan langkah strategis diambil dengan memanfaatkan situasi perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Join The Discussion