Kanker merupakan salah satu penyakit yang menakutkan bagi banyak orang. Itu karena penyakit ini hampir selalu mematikan bila terjangkit pada seseorang.
Dari alasan tersebut pula, para peneliti terus mengembangkan cara pencegahan dan pengobatan kanker. Salah satunya adalah para peneliti di Stanford University.
Mereka melakukan percobaan dengan menggunakan stimulator kekebalan tubuh yang menargetkan tumor pada tikus. Hasil percobaan ini pun tergolong menggembirakan karena menghilangkan semua jejak kanker.
Untuk percobaan ini, para peneliti menyuntikkan kombinasi dua penguat kekebalan tubuh langsung pada tumor tikus yang padat. Selanjutnya, para peneliti melihat bahwa vaksinasi tersebut berhasil menghilangkan kanker, bahkan metastasis (penyebaran kanker paling awal) yang tidak diobati.
Baca juga: Temuan Baru, Vape Tingkatkan Risiko Kanker
“Ketika kita menggunakan kedua agen ini bersama-sama, kita melihat penghilangan tumor di seluruh tubuh,” ungkap Dr Ronald Levy, penulis senior penelitian tersebut dikutip dari NY Daily News, Kamis (01/02/2018).
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine ini menjelaskan bahwa ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi sel kanker, maka sel T (kelompok sel darah putih akan menyerang tumor. Sayangnya, seiring waktu, tumor tersebut akan mendapatkan cara untuk mengalahkan sel kekebalan dan terus tumbuh.
Dalam percobaannya, Levy meremajakan sel T untuk melawan kanker dengan cara menyuntikkan dua penguat kekebalan tubuh tersebut ke dalam tumor limfoma tikus. Sel yang sama kemudian berpindah dari tumor yang dimusnahkan ke kanker yang identik di bagian tubuh lainnya.
Meski berhasil menghilangkan kanker limfoma pada tikus percobaan, tapi sel T tidak beralih ke tumor usus besar yang juga ditemukan pada tubuh hewan tersebut.
“Ini adalah pendekatan yang sangat ditargetkan,” ujar Levy.
“Hanya tumor yang berbagi protein target yang menunjukkan dampak terobati. Kami menyerang target spesifik tanpa harus mengidentifikasi dengan tepat protein apa yang dikenali oleh sel T,” imbuhnya.
Percobaan ini kemudian direplikasi pada 90 tikus lainnya. Hasilnya, tumor pada 87 tikus dinyatakan hilang.
Baca juga: Jangan Percaya Mitos, Biopsi Tidak Memperparah Kanker
Pada tiga tikus lainnya, kanker sempat menghilang tapi sayangnya kambuh lagi. Ketika diulangi pengobatan kekebalan ini, tumor ketiganya berangsur menunjukkan kemunduran.
Penelitian ini juga berhasil pada tikus yang memiliki tumor payudara, usus besar, dan melanoma (kanker kulit).
“Saya tidak berpikir ada batas jenis tumor yang bisa kita obati selama dapat dimasuki oleh sistem kekebalan tubuh,” kata Levy.
Para peneliti mengungkapkan bahwa mereka tengah bersiap untuk menguji coba cara ini pada manusia.
Kabar baiknya adalah salah satu dari dua agen imun yang disebutkan dalam penelitian tersebut, saat ini telah disetujui untuk digunakan pada manusia. Sedangkan agen imun yang kedua, sekarang terlibat dalam uji coba pengobatan kanker limfoma.
Secara terpisah, dua obat imunoterapi ini harus disesuaikan dengan jenis kanker yang diderita. Namun jika keduanya digunakan secara bersamaan, tampaknya akan memiliki dampak yang jauh lebih kuat dan luas.
Dilansir dari The Independent, Kamis (01/02/2018), uji coba pada manusia saat ini mencakup 15 pasien kanker limfoma. Jika pengobatan ini berhasil, Levy melihat bahwa ini adalah acara yang signifikan untuk mengurangi kambuhnya penyakit kanker dengan menyuntikkan obat imunoterapi sebelum operasi untuk menghilangkan massa tumor utama. (IFR/Kompas.com)