News

Peneliti IPB Manfaatkan Biji Bengkuang untuk Basmi Larva Lalat

JAKARTA – Lima peneliti Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (FKH IPB), Aulia Andi Mustika, Upik Kesumawati Hadi, Min Rahminiwati, Ietje Wientarsih beserta April Hari Wardhana dari Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor melakukan penelitian terhadap bagian tanaman bengkuang yang berpotensi sebagai insektisida nabati terhadap larva lalat C. Bezziana.

Lalat C. Bezziana diketahui sebagai salah satu agen utama penyebab miasis atau masuk dan tinggalnya larva lalat ke dalam jaringan hidup hewan dan manusia. Penyakit miasis atau yang biasa disebut belatungan menyerang semua jenis hewan vertebrata berdarah panas termasuk manusia. Sampai saat ini kasus miasis masih menjadi kendala di dunia peternakan Indonesia. Lalat C. Bezziana tersebar di kawasan Afrika bagian tropis dan subtropis, subkontinen India, Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Papua New Guinea.

Penelitian yang berlangsung selama kurang lebih satu tahun ini bertujuan mengetahui efektivitas tanaman bengkuang sebagai insektisida nabati terhadap larva lalat (C. bezziana) secara in vitro dan in vivo langsung pada hewan percobaan. Berdasarkan uji in vitro ditunjukkan bahwa ekstrak etanol biji bengkuang memiliki efikasi yang paling bagus dalam membunuh larva lalat C. Bezziana stadium instar 1 dan 2, serta mampu menyebabkan pupa pada larva stadium 3 tidak menetas.

Ekstrak etanol biji bengkuang itupun diolah menjadi krim dan diujicobakan langsung pada hewan percobaan domba. Dari uji coba tersebut terbukti bahwa krim yang mengandung ekstrak biji bengkuang mampu membunuh larva pada semua stadium dengan cepat, serta mempercepat persembuhan luka.

Zat yang diduga berperan besar sebagai insektisida adalah Zat aktif rotenon yang terkandung didalam biji bengkoang. Zat aktif rotenon menghambat pembentukan energi pada mitokondria, sehingga larva lama kelamaan akan kehabisan energi dan melemah akhirnya mengalami kematian.

Para peneliti ini kemudian membimbing mahasiswa FKH IPB untuk menyebarluaskan hasil temuan tersebut kepada peternak di seluruh Indonesia melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Krim ekstrak etanol biji bengkuang tersebut diberi nama Creamy dan tak disangka produk ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Produk creamy saat ini juga sudah menyebarluas ke seluruh Indonesia, hanya penyebarannya masih terbatas karena akan didaftarkan ke Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) sebagai obat hewan alami, dan sedang dalam proses untuk dipatenkan.

“Temuan ini diharapkan dapat menjadi solusi mahalnya obat miasis yang tersedia di pasaran, serta bahaya residu dan resistensi dari produk tersebut,” ungkap Aulia seperti dilansir dari laman IPB, Rabu (14/3/2018).

Miasis biasanya dikendalikan dengan antibiotik dan insektisida sintetik yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti berkembangnya ras lalat baru yang resisten, terbunuhnya musuh alami hama, atau residu pada daging dan susu. Hal inilah yang membuat Aulia dan rekan peneliti merasa perlu mencari solusi yang tepat untuk menangani kasus miasis.

Bengkuang sendiri memang diketahui sebagai tanaman herbal yang berpotensi sebagai insektisida nabati dan berpotensi sebagai bioinsektisida. Ekstrak etanol biji, batang, dan daun bengkuang mengandung senyawa bioaktif rotenon yang bermanfaat sebagai insektisida nabati. (IFR/Okezone.com)

Join The Discussion