JAKARTA – Mayoritas peneliti atau periset di Indonesia lemah dalam kemampuan menulis jurnal ilmiah internasional. Hal ini ternyata yang menjadi salah satu penyebab masih minimnya publikasi internasional dalam dunia riset Indonesia.
Country Manager Australian Technology Network (ATN) of Universities Josephine Ratna menuturkan banyak proposal penelitian yang diajukan akhirnya tidak lolos saat diajukan karena lemahnya kemampuan menulis untuk publikasi internasional tersebut.
“Sementara untuk letter of approval oleh supervisi itu terbatas, sehingga hanya proposal-proposal (penelitian-red) yang baik terutama juga dalam penulisannya yang diambil oleh supervisi. Hal ini permasalahan yang perlu diselesaikan,” ujarnya ketika ditemui seusai penandatanganan kerjasama antara Kemenristek Dikti dengan ATN of Universities di Gedung Kemenristek Dikti, Jakarta, Senin 26 September 2016.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristek Dikti, Ali Ghufron Mukti membenarkan bahwa kualifikasi dan kompetensi peneliti terutama dosen-dosen di perguruan tinggi masih perlu terus dikembangkan. Karena itu melalui kerjasama dengan ATN of Universities, dia menjelaskan pihaknya memberikan kesempatan bagi dosen dari sejumlah perguruan tinggi untuk memperbaharui wawasan penulisan jurnal internasional.
Dalam kerjasama tersebut ATN of Universities memberikan fasilitasi seminar penulisan riset terutama di dua bidang yakni science, technologym engineering, mathematics (STEM), serta humanities, arts, social science (HASS).
Adapun ATN of Universities merupakan konsorsium lima perguruan tinggi di Australia. Kelimanya meliputi queensland university of technology, university of sydney, RMIT University, University of South Australia, dan Curtin University. (Pikiran Rakyat)