News

Peneliti China Kloning 5 Monyet ‘Sakit’ untuk Riset Medis

Jakarta – dikutip dari detik.com. Ilmuwan China yang tergabung dalam Institute of Neuroscience (ION) di Chinese Academy of Sciences (CAS), Shanghai sukses menghasilkan 5 monyet hasil kloning. Monyet-monyet tersebut telah menjalani rekayasa genetik yang menimbulkan gangguan irama tubuh (sirkadian).

Kelima monyet mengalami berkurangnya waktu tidur, jam aktif di malam hari yang lebih panjang, gangguan keseimbangan hormon, kecenderungan mengalami depresi dan kecemasan, serta bertingkah laku seperti pasien skizofrenia.

“Gangguan irama tubuh bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia misal gangguan tidur, diabetes, kanker dan penyakit gangguan saraf. Monyet ini bisa menjadi bahan riset untuk mengetahui penyebab, riwayat, dan terapi yang bisa dimanfaatkan untuk gangguan tersebut,” kata peneliti senior Hung Chun Chang dari Chinese Academy of Sciences Institute of Neuroscience, dikutip dari Medical Xpress.

Peneliti yakin, metode kloning dan rekayasa genetik bisa diterapkan pada berbagai spesies monyet. Nantinya, monyet tersebut akan menjadi bahan riset untuk penyakit lain yang berbasis gen. Penyakit ini misalnya gangguan otak, metabolisme, daya tahan tubuh, dan kanker.

Dengan bahan riset yang beragam, maka kemungkinan mencoba berbagai metode pengobatan dan keberhasilan terbuka lebih lebar.

Kelima monyet terlahir dengan metode kloning somatic cell nuclear transfer, yang juga digunakan dalam kelahiran Zhong Zhong dan Hua Hua pada 2018. Kelimanya mengalami gen editing di masa embrio dengan metode CRISPR/Cas9-mediated, yang menghilangkan BMAL1 yaitu protein yang mengatur irama tubuh. Embrio kemudian ditransfer dalam rahim monyet betina hingga akhirnya lahir.

CAS menampik jika risetnya dianggap kontroversial atau melanggar kode etik. Menurut pengarah riset di Institute of Neuroscience Mu Ming Poo, pihaknya telah mengikuti panduan riset global yang sangat ketat. Poo mengatakan, kloning adalah cara yang tepat dan efektif untuk mencoba berbagai metode pengobatan. Peneliti tak perlu khawatir dengan jumlah spesies monyet yang terus turun karena digunakan untuk riset. (detik.com/msr)

Join The Discussion