Jakarta – Harapan untuk menghadapi ancaman virus Zika mulai sedikit terbuka.
Peneliti dari Cina mengatakan mereka telah mengidentifikasi dua antibodi virus Zika dari pasien yang terinfeksi yang mampu memberikan seekor tikus percobaan perlindungan menyeluruh melawan penyakit yang berasal dari nyamuk tersebut.
Hal itu merupakan sebuah temuan yang mungkin bisa mengarah pada pengembangan vaksin dan terapi anti-Zika yang sedang dibutuhkan.
Penelitian tersebut, dipublikasikan secara daring dalam jurnal Science Translational Medicine dari Amerika, dilakukan kelompok peneliti profesor Jinghua Yan dan George Fu Gao dari Institut Ilmu Pengetahuan China bidang Mikrobiologi.
Tidak seperti antibodi lainnya yang diinvestigasi mampu mengenali Zika maupun virus terkait dengan Dengue, antibodi yang digunakan dalam penelitian tersebut secara khusus menargetkan Zika.
Antibodi dimaksud menunjukan kekhususan tinggi yang bisa menjadi penting dalam menghindari efek samping potensial seperti peningkatan infeksi Dengue pada wilayah yang menjadi endemi kedua virus tersebut.
Para peneliti mengisolasi sel imun B dari darah pasien yang terinfeksi Zika sekembalinya dari Venezuela ke Cina, yang berhasil sembuh dan menghasilkan total 13 antibodi yang telah dipastikan mengikat virus.
Dua dari antibodi tersebut, dinamai Z23 dan Z3L1, ampuh membasmi virus Zika di dalam Vitro, tanpa menyebabkan efek silang dengan ikatan virus Dengue dan melindungi tikus sepenuhnya dari infeksi virus Zika.
Analisa struktur menunjukkan bahwa kedua antibodi tersebut menahan infeksi dengan menargetkan titik tertentu dari virus, membungkus protein, yang merupakan alat bagi virus untuk memasuki sel inangnya.
“Hasil yang kami peroleh menjanjikan obat yang berbasis antibodi dan menyediakan alasan terstruktur untuk merancang vaksin dan antiviral secara spesifik bagi Zika di masa depan,” kata Yan kepada Xinhua.
“Sementara ini, kami telah mengembangkan sebuah landasan yang bisa mengisolasi dan menetralkan dengan kuat, antibodi spesifik monoklonal melawan patogen apa pun dari pasien yang pulih dalam waktu singkat, memberikan alat yang kuat untuk mengendalikan dan membatasi jumlah yang terinfeksi di masa depan,” ujarnya menambahkan.
Zika menjadi perhatian global karena banyaknya bukti yang menujukkan infeksinya berhubungan dengan cacat kelahiran seperti mikrosepali dan komplikasi saraf seperti sindrom Guillain-Barre di kalangan penderita dewasa. Saat ini tidak ada perawatan atau vaksin untuk virus tersebut. (IFR/Tempo.co)