Dua mobil berbahan bakar hidrogen dari amonia diujicobakan di Brisbane, Australia hari Rabu (8/8/2018). Penggunaan hidrogen dari amonia sebagai bahan bakar kendaraan merupakan terobosan pertama di dunia yang dilakukan peneliti dari lembaga penelitian CSIRO. Peneliti CSIRO Michael Dolan mengatakan pihaknya sangat senang karena penelitian selama satu dekade ini akhirnya membuahkan hasil. Selama satu dekade terakhir, peneliti berupaya memproduksi hidrogenkemurnian ultra-tinggi dengan menggunakan teknologi membran tersendiri. Terobosan teknologi membran ini memungkinkan hidrogen diangkut dengan aman dan digunakan sebagai sumber energi produksi massal. “Jelas kami menjadi yang pertama menghasilkan produksi hidrogen dari amonia yang sangat bersih,” jelas Dr Dolan.
“Hari ini untuk pertama kalinya di dunia mobil hidrogen digerakkan oleh bahan bakar yang berasal dari amonia. Inilah bahan bakar yang bebas karbon,” sambungnya. Dr David Harris, pemimpin program ini mengatakan, Australia memang memiliki sumber energi terbarukan berupa sinar matahari dan angin yang dapat dimanfaatkan menghasilkan hidrogen.
Namun masalahnya, unsur ini sangat mudah terbakar sehingga sulit untuk dikirim jarak jauh karena kepadatannya yang rendah. Peneliti CSIRO menemukan cara mengubah hidrogen buatan Australia menjadi amonia. Artinya, bahan bakar ini dapat dikirim dengan aman ke Asia atau lokasi lain. Amonia itu dapat diubah kembali menjadi hidrogen dengan menggunakan membran temuan mereka. Selanjutnya, bisa dijadikan bahan bakar untuk mobil bertenaga hidrogen.
Hingga kini, hanya ada lima buah mobil seperti itu di Australia. Namun di Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, jumlahnya sudah puluhan ribu. “Kuncinya yaitu kita dapat mengangkut hidrogen katakanlah dari pedalaman Australia Barat, dan dapat mengirimnya dalam bentuk amonia ke mana pun di dunia,” jelas Dr Harris.
Tanpa emisi Pabrikan mobil Toyota dan Hyundai telah menginvestasikan jutaan dolar untuk menciptakan mobil bertenaga hidrogen semacam ini. Tes yang dilakukan peneliti CSIRO hari ini menggunakan mobil eco Nexo SUV dari Hyundai, dan mobil Toyota Murai. Juru bicara Hyundai Scott Nargar menjelaskan keunggulan utama mobil hidrogen dibandingkan mobil listrik yaitu dapat diisi dalam tiga menit seperti mobil normal. Selain itu, daya jangkaunya bisa mencapai 800 kilometer (untuk sekali pengisian penuh bahan bakar). “Jadi kita seperti mengendarai mobil biasa namun bedanya, tidak menghasilkan emisi,” katanya.
“Dari sudut pandang produsen mobil, kami melihat ini sebagai langkah besar bagi Australia,” tambah Nargar. Menurut dia, Pemerintah Korsel baru saja mengumumkan pengadaan 16.000 bus bertenaga hidrogen dan 310 stasiun pengisiannya di negeri itu dalam lima tahun ke depan. Sementara juru bicara Toyota Matthew Macleod mengatakan terobosan ini penting karena berhasil mengatasi salah satu tantangan utama bahan bakar hidrogen.
“Dari perspektif energi, kemampuan memindahkan energi matahari atau energi angin dari satu tempat ke tempat lain menggunakan amonia, telah membuka peluang yang selama ini tertutup karena kesulitan mengangkut hidrogen,” jelasnya. Ekspor Australia Jepang, Korsel dan Eropa sejauh ini telah menyatakan ketertarikan pada terobosan CSIRO. Dr Dolan mengatakan satu juta mobil bertenaga hidrogen diperkirakan akan diproduksi pada tahun 2025.
Saat ini mobil berbahan bakar hidrogen dijual seharga sekitar $ 80.000 (lebih dari Rp 800 juta). Namun, sama halnya dengan mobil listrik yang menggunakan daya baterai jaringan listrik, harga mobil tersebut diperkirakan turun jika produksinya meningkat. Nargar berharap dalam satu dekade mendatang, harga mobil hidrogen akan setara dengan mobil berbahan bakar bensin dan diesel. Dr Dolan menjelaskan harga bahan bakar hidrogen saat ini sekitar $ 15 (Rp 150 ribu) per kilogram. Rata-rata mobil hidrogen memiliki kapasitas tangki 5 kg.
“Namun efisiensi mobil hidrogen ini dua kali lebih baik daripada mobil berbahan bakar bensin. Kita bisa menempuh jarak dua kali lebih jauh dengan tangki penuh,” katanya. Menurut dia, hidrogen terbarukan ini merupakan bahan ekspor Australia yang akan booming. “Ini berpotensi menyaingi ekspor LNG kita,” kata Dr Nolan. Saat ini Australia tercatat sebagai eksportir gas alam terbesar di dunia.
” Hidrogen bisa berada di posisi yang sama dalam beberapa dekade mendatang,” jelasnya. Diperkirakan mobil berbahan bakar hidrogen sudah akan dijual di Australia dengan dua tahun mendatang. (IFR/Kompas.com)