BANDA ACEH – Sebanyak 17 peneliti dan akademisi dari Indonesia, Jepang, Filipina dan Malaysia membahas sekaligus berbagi pengalaman mitigasi bencana di Banda Aceh. Workshop yang diadakan Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah itu, berlangsung pada 21-22 November 2016 di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh.
Kegiatan itu dibuka Wakil Rektor I Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dr Hizir Sofyan. Dalam sambutannya, Dr Hizir mengapresiasi kerja sama peneliti dan akademisi lintas negara dalam penguatan mitigasi bencana. “Setiap negara tentu memiliki pendekatan berbeda terkait bencana di wilayahnya. Kami berharap apa yang ditampilkan dalam workshop ini menginspirasi kita semua,” ujarnya.
Menurutnya, pengalaman dan hasil penelitian para ahli dari setiap negara dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia, khususnya Aceh, dalam mengurangi risiko bencana. “Maka dari itu, saya sangat mendukung kolaborasi yang saling menguntungkan ini. Sejumlah universitas dan peniliti dapat bekerja sama dalam sebuah regional platform,” harapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh peneliti dari Kyoto University Jepang, Dr Hiroyuki Yamamoto. Dalam wawancara singkat, Hiroyuki menyebut Aceh layak menjadi pusat pembelajaran mitigasi internasional. “Aceh memiliki banyak pengalaman terkait bencana tsunami yang melanda pada 2004 lalu. Dalam jangka waktu itu, ada banyak kajian kebencanaan yang diadakan di sini, di samping fasilitasnya juga semakin baik,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua panitia dari TDMRC Unsyiah, Dr Muksin Umar mengatakan, para tamu yang hadir akan mempresentasikan hasil penelitian multidisiplin terkait mitigasi bencana. Disebutkan, para peneliti dan praktisi itu sejak dua tahun lalu telah menggelar workshop di Jepang, Indonesia (Aceh), dan selanjutnya Malaysia.
Peneliti dari Institute of Islamic Understanding Malaysia, Dr Mohd Farid Bin Mohd Shahra dalam presentasinya mengatakan, masyarakat Islam pada umumnya menerima bencana sebagai takdir, sehingga mudah untuk bangkit kembali. Namun katanya, masyarakat Islam juga perlu diajarkan bahwa bencana alam merupakan sunnatullah, yang juga dapat dipelajari. (IFR/Tribunnews.com)