News

Pendingin Planet Buatan Bisa Menjadi Ancaman Bagi Tanaman dan Hewan

ROMA – Berberapa ilmuan yang dirilis dalam Journal Nature Ecology & Evolution baru-baru ini menyebutkan penyemprotan bahan kiamia ke atmosfer bumi untuk menarik banyak sinar matahari dinilai nisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi perubahan iklim secara bertahap.

Namun penyemproten dengan teknik “geoengineering” tresebut bisa memicu berbagai risiko. Jika penyemprotan dihentikan nantinya akan menghasilkan gelombang panas yang tak terduga yang berdampak pada perusakan tumbuhan dan hewan.

“Jika geoengineering berhenti tiba-tiba, itu akan sangat menghancurkan. Jadi Anda harus memastikan, itu bisa dihentikan secara bertahap, dan penting juga memikirkan skenario yang akan mencegahnya,” kata penulis Alan Robock dari Department of Environmental Sciences di Rutgers University-New Brunswick.

Bahaya lainnya yang juga bisa terjadi adalah kekeringan dan banjir di seluruh dunia. “Bayangkan kekeringan besar atau banjir di seluruh dunia yang bisa diakibatkan dari geoengineering. Bisakah kita mempertaruhkannya? “Ilmuwan iklim menambahkan.

Penelitian “geoengineering” dalam menangani perubahan iklim dengan cara mengisap kelebihan karbon dioksida di atmosfer kian santer seiring dengan bahaya pemanasan global yang terus terjadi.

Berdasarkan kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim, negara-negara telah berjanji untuk menjaga agar pemanasan global tetap di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat industri.

Namun, jika rencana tidak dilaksanakan, Bumi diperkirakan akan menghangat setidaknya 3 derajat Celcius pada akhir abad ini. Kejadian tersebut dapat melelehkan sebagian besar es dunia dan memicu kegagalan panen yang memburuk, cuaca ekstrem, dan naiknya permukaan laut.

“Penyemprotan sulfur dioksida dan partikel lainnya ke atmosfir atas planet ini akan menciptakan awan asam sulfat yang mencerminkan sebagian sinar matahari, mendinginkan planet ini,” kata peneliti.

Teknologi yang sebagian besar belum teruji tersebut akan meniru efek letusan gunung berapi, dan dapat digunakan dengan pesawat terbang, balon, atau perangkat pengiriman lainnya yang dimodifikasi.

Namun para kritikus memperingatkan bahwa hal itu dapat mengubah proses dasar bumi dengan cara yang sulit diprediksi dan berpotensi menimbulkan masalah, seperti menggeser fokus monsun di Asia.

Pendukung teknologi mengatakan negara tidak akan mengekang emisi mereka cukup cepat untuk menjaga pemanasan global dalam tingkat yang relatif aman, jadi solusi perlu dipersiapkan dan diuji agar bisa melindungi kehidupan.

Selain semakin merenungnya bumi, usulan teknologi lainnya untuk mengatasi perubahan iklim yang berbahaya termasuk menghisap gas rumah kaca dari udara dan menyimpannya di bawah tanah – atau menanam area bumi yang luas ke hutan, yang kemudian akan dibakar untuk energi dengan emisi juga disimpan di bawah tanah.

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dalam berbagai dampak geoengineering, termasuk dampaknya pada tanaman dan hewan, kata Robock.

“(Kita perlu) mengevaluasi manfaat dan risiko untuk melihat apakah ini akan masuk akal untuk dilakukan. Dan jika jawabannya tidak, kita perlu tahu lebih cepat daripada nanti sehingga kita bisa lebih menekankan pada mitigasi, “Robock mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation. (MSR/REUTERS)

Join The Discussion