Dikutip dari beritasatu.com, mulai Januari 2020, kegiatan riset dan inovasi lembaga penelitian pengembangan (litbang) yang tersebar di berbagai kementerian lembaga, lembaga pemerintah nonkementerian, perguruan tinggi, diintegrasikan untuk menghindari tumpang tindih. Dengan begitu, inovasi yang muncul bisa punya nilai tambah dan berdaya saing.
Selain itu, pemerintah juga akan menggandeng industri untuk terus meningkatkan litbangnya. Sebab, saat ini 84 persen alokasi anggaran penelitian di Indonesia didominasi pemerintah.
Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Soemantri Brodjonegoro mengatakan, litbang ibarat matra kemajuan suatu bangsa. Prasyarat suatu negara bisa naik kelas, kompetitif dan disegani negara lain di dunia.
“Kehadiran litbang sangat diperlukan untuk membuat Indonesia lebih berdaya saing,” katanya di sela-sela Apresiasi Lembaga Litbang Tahun 2019 di Auditorium Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin (2/12/2019).
Saat ini, daya saing Indonesia menurut World Economic Forum (WEF) berada di peringkat 50 dari 141 negara. Peringkat ini merosot dari sebelumnya berada di peringkat 36 dan 45.
Bambang berpandangan, upaya litbang yang serius hingga hilirisasi inovasi bisa mendongkrak daya saing Indonesia. Sehingga tidak sekadar puas dengan sumber daya alam yang miliki dan kurang memperhatikan kualitas sumber daya manusia serta litbang.
Sesuai dengan amanat Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Inovasi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) riset harus beranjak hingga hilirisasi inovasi. Oleh karena itu BRIN harus memastikan riset bisa dihilirisasi, memunculkan invensi dan inovasi. Kemudian tidak terjadi tumpang tindih penelitian atau duplikasi.
“Ke depan tidak lagi satu objek penelitian diteliti 3-4 lembaga terpisah-pisah tetapi harus bersinergi,” ucap Bambang.
Ia menegaskan, institusi litbang secara manajerial tetap berada di organisasi induknya. Tetapi dari sisi kinerja risetlah yang dikoordinasikan oleh BRIN.
Total anggaran riset di Indonesia yang tersebar berbagai lembaga litbang yang lebih dari Rp 26 triliun. Namun yang murni digunakan untuk aktivitas riset hanya sekitar Rp 10 triliun. Sisanya untuk pembiayaan operasional dan gaji pegawai sekitar Rp 15 triliun.
Oleh sebab itu, lanjut Bambang, dengan anggaran riset yang tersedia itu harus dan bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin lewat sinergi litbang. Pemerintah juga sudah menetapkan prioritas riset nasional hingga 2024 seperti di bidang pangan, energi, kebencanaan, kesehatan, obat dan sejumlah fokus lainnya.
Saat ini di Indonesia kata Bambang terdapat 329 lembaga litbang yang terdiri dari 101 lembaga litbang di lembaga pemerintah nonkementerian dan 228 di kementerian/lembaga. Dari jumlah itu, 137 di antaranya sudah ditetapkan menjadi pusat unggulan iptek (PUI). Dalam kesempatan itu, ditetapkan 18 PUI baru.
Selain itu 7 lembaga litbang di perusahaan juga meraih apresiasi karena telah berkontribusi melakukan riset dan pengembangan. Di samping sejumlah lembaga litbang daerah juga ada yang mendapatkan apresiasi.