News

Pemerintah Dukung 7 Bidang Penelitian

JAKARTA – Pemerintah meminta supaya riset tetap dikembangkan meski dengan anggaran yang terbatas. Tujuh bidang pangan pun ditetapkan pemerintah agar riset bisa mengerek industri nasional.

“Alokasi anggaran riset yang terbatas harus digunakan secara efektif. Maka riset harus memiliki prioritas, fokus, memiliki tahapan dan target jelas, sehingga terhindar dari siklus riset hanya untuk riset,” kata Menteri Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani.

Puan menambahkan, sasaran penelitian iptek adalah meningkatnya penerapan iptek dalam bidang produksi barang dan jasa, pemanfaatan sumber daya alam, dan siap hadapi globalisasi. Sehingga agar iptek di bidang produksi berdaya saing, maka fokus penelitian dalam inovasi dan iptek diarahkan ke tujuh bidang, yaitu, pangan, energi, kesehatan dan obat, transportasi, telekomunikasi, teknologi pertahanan dan keamanan dan, serta material.

“Implementasi tujuh bidang pembangunan penelitian dan penerapan iptek ini butuh sinergi yang luas antara BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) maupun lembaga kajian lainnya. Sinergi untuk identifikasi dan memenuhi kebutuhan iptek yang diperlukan dalam pembangunan. Sehingga apa yang dikerjakan oleh lembaga riset merupakan jawaban atas kebutuhan konkrit yang diperlukan dalam mempercepat pembangunan yang berkualitas,” jelasnya.

Sebagai contoh, lanjut Puan, 100 taman sains dan teknopark harus menjadi produk sinergi kementerian lembaga sehingga iptek pun bisa mempercepat pembangunan regional. Sementara tujuh bidang iptek yang ditetapkan bisa mendukung pembangunan desa dan kemaritiman. Di tingkat desa, teknologi yang sangat dibutuhkan menyangkut energi, transportasi, informasi, produktivitas pertanian, perikanan, dan perkebunan.

Sementara Menristekdikti Mohamad Nasir menambahkan, pihaknya sudah mendorong berkembangnya teknologi melalui Program Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) sejak 2013. Pada tahun ini, terangnya, kementerian memberikan subsidi kepada 50 perusahaan kepada perusahaan pemula (start up) berbasis teknologi dan lembaga inkubasi sebesar Rp250-270 juta. ‘’Kita siapkan dana hingga Rp13 miliar agar perusahaan start up berbasis teknologi bisa menghadapi MEA,” sebutnya ketika membuka Pelatihan IBT.

Mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro ini menjelaskan, program IBT adalah program pembinaan dan pengembangan yang dilaksanakan incubator kepada tenantnya. Nasir sangat berharap dengan suntikan dana dan pelatihan ini para pendiri startup ini bisa menjadi perusahaan berskala besar dengan konten lokal yang bisa membantu perekonomian bangsa. Selain dana, ujarnya, pemerintah juga akan memfasilitasi permodalan dari bank, paten dan menurunkan tenaga ahli agar perusahaan ini bisa bersaing di kancah domestik dan global.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe menuturkan, ada 237 proposal yang mendaftar IBT. Dari 237 proposal lalu diseleksi kembali hingga terpilih 89 produk/tenant lalu hasil akhir seleksi ini didapatkan 50 produk untuk diinkubasi. Dia berharap start up yang sudah lolos berkomitmen menjalankan kontrak. Nantinya 12 start up terbaik mengikuti pelatihan di Royal Academny of Engineering London. (IFR)

 

Sumber: Okezone.com

Join The Discussion