BANDUNG – Pemerintah melalui Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar Pekan Riset Sawit Indonesia 2018 untuk menumbuhkan pengembangan riset di sektor sawit. Dana yang digelontorkan untuk riset sendiri mencapai Rp 37,3 miliar pada tahun 2017.
Ruang lingkup penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh BPDPKS saat ini termasuk dalam bidang lingkungan, pangan, budidaya, oleokimia/biomaterial, pasca panen dan pengolahan, bioenergi, sosial ekonomi dan pengembangan pasar.
Ketua Dewan Pengawas BPDPKS Rusman Heriawan menyebutkan dana yang digelontorkan untuk riset pada tahun 2017 mencapai Rp 37,3 miliar.
“Diharapkan dananya bisa naik jadi Rp 40 miliar,” katanya di sela acara Pekan Riset Sawit Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/2).
Namun, dia memaparkan, dana riset termasuk dalam alokasi pengembangan SDM yang menggunakan dana pungutan ekspor sawit sebesar 2%. “Untuk dana riset sendiri digunakan sekitar 1%, angkanya bisa berubah-ubah,” katanya.
Rusman mengatakan, target dana pungutan ekspor sawit tahun 2018 diperkirakan sebesar Rp 11 triliun. Merujuk angka tersebut, maka dana untuk riset bisa mencapai Rp 100 miliar.
“Rencana untuk riset, bukan soal jumlah nominal, peran stakeholder dalam riset penting. Riset mestinya di dalam harus ada unsur-unsur, orientasi harus ke pasar juga ngga hanya murni riset, mempelajari pasar kebutuhannya apa sih,” cetusnya.
Tingkakan Produktivitas
Direktur Utama BPDPKS Dono Boestami mengatakan tujuan dari penelitian dan pengembangan yang didorong oleh BPDPKS adalah dalam rangka untuk Peningkatan produktivitas dan efisiensi, Peningkatan Aspek keberlanjutan, serta Mendorong Penciptaan Produk/Pasar Baru. Hasil-hasil riset yang didukung oleh BPDPKS diharapkan dapat dimanfaatkan baik oleh industri, pemerintah maupun oleh petani.
“Acara hari ini, diharapkan untuk mendorong budaya riset di sektor kelapa sawit, dan mudah-mudahan juga mampu mendorong budaya riset di sektor-sektor terkait lainnya,” tegasnya.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya terbuka untuk beberapa proposal riset yang masuk dengan jumlah sekitar 32. “Selama proposal itu masuk kita terima namun ini sejalan atau tidak dengan program,” ungkapnya.
Penyelenggaraan PERISAI ini merupakan yang kedua dan menampilkan 22 hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut antara lain teknologi-teknologi dan produk terbaru antara lain, CNC, Bio BTX, Stabilizer Thermal PVC, magnesium stearate, dan foaming agent untuk pemadam kebakaran; prototype/pilot plant produksi biogasolin, lemak kalsium; paket teknologi pemanfaatan limbah sawit zero waste; bibit sawit high yield dan high olec acid, biosilica untuk cekaman kekeringan; dan aplikasi penentuan umur panen sawit dan model pencegahan kebakaran lahan gambut.
Lebih lanjut, Dono mengatakan sejak berdirinya BPDPKS pada tahun 2015, terkait pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pihaknya telah bekerjasama dengan lebih dari 24 Universitas Negeri dan Swasta, 13 Lembaga Pendidikan Non Perguruan Tinggi, 127 Peneliti Senior, serta 146 Mahasiswa.
“Dari berbagai akivitas tersebut kita mampu menghasilkan 115 kontrak penelitian sawit, 101 publikasi ilmiah nasional dan internasional, 11 paten, dan menerbitkan 3 buku,” paparnya.
Dono menambahkan riset merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan sektor kelapa sawit, sehingga riset harus menjadi salah satu bagian dari proses utama dari upaya pengembangan sektor kelapa sawit.
“Riset harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh sektor kelapa sawit saat ini, seperti masalah rendahnya produktivitas petani swadaya, penggunaan teknologi yang belum merata serta kualitas SDM yang masih perlu diperbaiki,” ujarnya.
Lapangan Pekerjaan
Kedepannya, BPDPKS juga ingin meningkatkan level kegiatan penelitian dan pengembangan ini menjadi berskala internasional. “Kami telah dan akan terus menjajaki kemungkinan untuk bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas terpandang di dunia untuk memberikan nilai tambah bagi kegiatan riset sektor sawit Indonesia,” tambah dia.
Sebelumnya, pada tahun 2016 telah dilakukan Pekan Riset Sawit yang pertama yang menampilkan 46 hasil penelitian antara lain adalah helm filler serat, bioplastik dari tandan kosong kelapa sawit, paket tekonologi papan laminasi menggunakan batang kelapa sawit, surfaktan anionik dari minyak sawit untuk peningkatan produksi minyak bumi di lapangan tua, aplikasi sawit pada smartphone dan lain-lain.
Pada tahun 2015-2016 BPDPKS telah menyeleksi Sebanyak 600 proposal dan disetujui untuk didanai sebanyak 71 proposal atau kurang lebih sebanyak 12%. Pada tahun 2017 telah disusun roadmap riset sawit, pendanaan akan lebih selektif yaitu dengan menetapkan penelitian-penelitian prioritas yang akan didanai oleh BPDPKS.
Pekan riset ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi peneliti sawit Indonesia dengan pihak-pihak pemangku kepentingan sawit sehingga hasil penelitan ini dapat menjadi bermanfaat bagi industri dan masyarakat luas.
Nilai ekspor kelapa sawit mencapai Rp 240 triliun pada 2016. Sektor sawit juga membuka lapangan pekerjaan sebanyak 4,2 juta yang langsjng dan 12 juta lapangan pekerjaan tidak langsung.
Lapangan pekerjaan pertanian di sektor sawit mencapai 41?ngan petani kecil mencapai 2,3 juta lapangan pekerjaan di bidang pertanian yang menyerap 4,6 juta pekerja.
Sektor sawit juga mempunyai potensi untuk ketahanan energi dengan menggantikan penggunaan bahan bakat fosil hingga 3 juta kiloliter. Hal itu melalui program mandatori biodiesel 2016 yang menghemat devisa hingga 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 14,83 triliun. (IFR/Suarapembaruan.com)