JAKARTA – Harian Kompas pada 19 Juli membahas Hilirisasi Riset terkait pembangunan Science Techno Park (STP) tanpa rencana matang. Berita tersebut juga memuat pernyataan langsung Pakar Sains dan Teknologi Senior EU-Indonesia Trade Cooperation Facility (TCF) Irsan A Pawennei.
Menurut Irsan, target 100 STP yang harus selesai pada 2019, tergolong tidak realistis dan tidak melalui kajian yang lengkap. Meskipun sudah terbentuk sebanyak 66 STP pada 2015, dan terjadi penurunan target menjadi 22 STP.
Irsan menambahkan, target pembangunan STP tersebut terkesan sangat terburu-buru serta belum melalui kajian lokasi dan luas lahan yang cocok, hal tersebut dilihat dari beberapa keberadaan STP yang ada saat ini di beberapa wilayah di Indonesia.
“Hampir seluruh STP, punya rencana induk pembangunan fasilitas. Sayangnya, hal itu tidak didahului rencana bisnis STP. Hanya berisi jenis layanan, keuangan dan aksi yang jadi penentu rancangan bangunan STP. Tanpa didasari rencana bisnis, STP hanya akan berupa gedung tanpa fungsi,” tutur Irsan.
Selain itu kata Irsan, penentuan fokus STP dan teknologi yang dibutuhkan industri pun tanpa riset pasar. STP di Riau Misalnya, menetapkan empat komoditas fokus pengembangan di STP, yakni ikan, sagu, nanas, dan kelapa. STP Riau sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah penetapan STP tersebut.
“Padahal, data BPS 2010-2014, penyumbang tertinggi produk domestik regional bruto Riau adalah pertambangan dan penggalian. Pertanian, kehutanan, dan perikanan dibawah 20 persen,” ujarnya. (msr)