News

Patahkan Riset Harimau Jawa Punah, Pecinta Alam Indonesia Bakal Ekspedisi di TNUK

Pada 1996, riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa Harimau Jawa sudah punah.

Namun, keterlibatan Pecinta Alam sejak dua dekade ini banyak menemukan fakta dan mendapatkan informasi bahwa Harimau Jawa diyakini masih ada.

Hal tersebut yang membuat Tim Ekspedisi Pecinta Alam Indonesia, akan mengadakan ekspedisi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) pada tanggal 24 Juni-08 Juli 2018.

Ekspedisi tersebut bersifat mandiri dan akan diikuti sebanyak 50 orang peserta dari berbagai organisasi pecinta alam di Indonesia serta dari tim TNUK.

Sofyan, dari Perhimpunan Sanggabuana serta pembina dalam ekspedisi ini mengatakan jika tujuan diadakan ekspedisi ini diantaranya untuk membuktikan keberadaan Harimau Jawa di TNUK sebagai habitat hutan-hutan di Jawa.

“Kita ingin membuktikan keberadaan Harimau Jawa berdasarkan informasi serta banyak fakta di lapangan yang memperkuat adanya jejak Harimau Jawa, baik dari jejak kaki, kotoran, guratan, rambut, suara, dan yang lainnya,” ungkap Sofyan saat ditemui Tribun Jogja setelah seminar Menjemput Harimau Jawa di Teatrikal Ushuludin , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (1/3/2018).

Walaupun banyak ilmuwan di Indonesia yang mengatakan bahwa Harimau Jawa sudah punah.

Namun, Sofyan mengatakan banyak fase temuan morfometri bekas aktifitas selama dua dekade sudah banyak didapatkan.

Untuk membuktikan jika keberadaan Harimau Jawa maupun spesisnya masih ada, Sigit dan tim yang tergabung dalam ekspedisi Harimau Jawa akan mecoba menelusuri keberadaan Harimau Jawa.

“Pertengahan tahun 2017, di TNUK petugas mengabarkan adanya penampakan Harimau Jawa. Ada pula kesaksian pensiunan TNI yang sudah kami temui dan berhasil kami wawancara. Dalam kaidah ilmiah, jejak, cakaran, maupun kotoran bisa dijadikan sebagai barang bukti, bukan hanya video dan foto,” ungkap Sofyan

Oleh karenanya, Sofyan ingin mengkhususkan anggota dari ekspedisi ini adalah pecinta alam yang ada di Indonesia.

“Kita ingin membuka ruang kepada pecinta alam dalam kegiatan konservasi di TNUK, sebelum ekspedisi, nanti kita juga membuat seminar semacam ini di Jakarta, Surabaya, Jember,” terang Sofyan.

Arifudin Adli, selaku panitia mengatakan jika nantinya peserta akan dibagi menjadi tim kecil yang terdiri dari 5-7 orang.

Selama dua bulan lamanya peserta akan diberikan materi baik melalui online maupun offline.

“Nanti tim akan berada di lapangan selama 10 hari untuk mengidentifikasi dan mendokumentasi temuan-temuan yang nantinya ditemukan di TNUK. Kemudian hasilnya nanti akan dipublikasi,” terang Arifudin. (TRIBUNJOGJA.COM)

 

Join The Discussion