NEWYORK – Setahun yang lalu Donald Trump membubarkan komite penasehat federal mengenai perubahan iklim, namun para peneliti tidak pernah menyerah. Mereka kembali melakukan penelitian di tempat lain.
Columbia University’s Earth Institute telah mempekerjakan salah satu penelitinya, Richard Moss dari University of Maryland, ia kemudian mengumpulkan kembali sebagian besar mantan anggota dan telah mencapai kesepakatan bersama.
Moss dan kelompoknya akan menghasilkan laporan yang merupakan tambahan dari AMDAL, yang dirilis pada awal November, berfokus pada dampak pemanasan global. Upayanya tersebut diharapkan mendapat dukungan finansial dari Negara Bagian New York serta dukungan administratif dari American Meteorological Society, sebuah kelompok profesional yang berbasis di Boston.
“Negara Bagian New York ingin komite tersebut melanjutkan pekerjaan kritisnya tanpa campur tangan politik dan memberikan panduan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Moss dan kelompoknya merupakan salah satu peneliti yang awalnya bekerja untuk lembaga non-federal lainnya telah mengambil penelitian ilmu iklim yang dijatuhkan oleh kebijakan Trump. Sumber Daya untuk Masa Depan (RFF), sebuah organisasi riset kebijakan yang berbasis di Washington, telah berupaya untuk memperbarui dan mempertahankan elemen utama ekonomi iklim, yang dikenal sebagai biaya sosial karbon bahkan sebelum kebijakan Trump muncul.
Ukurannya adalah dampak ekonomi yang dihasilkan dari perubahan iklim, misalnya, risiko kesehatan yang terkait dengan polusi udara atau biaya banjir pesisir karena kenaikan permukaan air laut. RFF memperkirakan setiap metrik ton polusi karbon dioksida mewakili kira-kira $ 40 dalam kerusakan di masa depan. Pada 2017, dunia pun merilis sekira 37 miliar ton CO2, meningkat 2 persen dari tahun sebelumnya.
Biaya sosial karbon digunakan dalam peraturan iklim Era Obama, ketika mendapat dukungan dari pengadilan federal, dan metodologi d baliknya masih digunakan di negara bagian AS, perusahaan, dan negara-negara lain.
Ketika proyek sedang berjalan, RFF diminta untuk mengehntikannya atas dasar perintah eksekutif Trump. Hal demikian sekaligus menghapuskan penelitian iklim-ekonomi Era Obama dan penggunaan biaya sosial karbon dalam analisis biaya-manfaat. Berdasarkan asumsi yang diajukan oleh kebijakan Trump, memublikasikan penelitian ekonomi dan praktik pemerintah, biaya sosial karbon serendah $ 1 per ton.
Setelah penghentian dilakukan, negara-negara lain kemudian memanfaatkan tenaga para peneliti tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron berminat menarik 13 peneliti Amerika ke Eropa, termasuk di antaranya 18 peneliti telah mendapatkan dana hibah penelitian pemerintah Prancis sebesar $ 70 juta.
Sebelumnya, para peneliti telah mendownload dan menyimpan data ilmiah dari Environmental Protection Agency (EPA) dan Departemen Energi, karena khawatir administrasi yang masuk akan dihapusnya atau akan lebih sulit diakses.
EPA sendiri akhirnya berhasil bertindak. Mengumumkan kehadirannya di www.epa.gov
“Pengumuman menunjukkan bahwa tidak hanya menyimpan data sebelumnya, namun juga dapat diakses,” kata juru bicara EPA Jahan Wilcox mengatakannya kepada independent.co.uk beberapa waktu lalu. (independent.co.uk/msr)