JAKARTA- Hendri Saparini Ekonom sekaligus Pendiri Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengapresiasi perhatian pemerintah terhadap momen mudik. Sebab, menurutnya mudik merupakan tradisi global yang terjadi di beberapa negara. Di negara-negara maju yang pendapatan perkapitanya tinggi, mudik menjadi momen yang ditunggu. Namun, mengelola mudik di negara berkembang seperti Indonesia berbeda dengan yang diterapkan di negara maju.
“Kalau di negara maju, mereka antre menaiki transportasi publik, yang berpindah hanya orangnya saja, tetapi kalau di Indonesia yang berpindah orang sekaligus transportasinya,” katanya dalam sebuah seminar yang digelar Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia di Hotel Morrissey, Jakarta Pusat, Rabu (12/6).
Kondisi itu menurutnya didukung oleh kurang tersedianya transportasi publik, baik di daerah asal maupun tujuan. Besarnya gelombang mudik yang tidak diimbangi jumlah transportasi umum yang memadai, membuat ongkos tranportasi menjadi naik. “Kecuali pilihan transportasinya semakin banyak, mungkin masalah ini bisa dipecahkan,” katanya.
Ia menyebutkan, dalam momen mudik mobil yang masuk ke Jakarta mengalami kenaikan yang signifikan. Dengan kondisi itu perlu perbaikan yang cermat. Dirinya mendorong seluruh transportasi publik dapat dibangun, agar kegiatan mudik menjadi menyenangkan. “Karena tidak ada kenaikan ongkos transportasi yang tinggi,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga perlu memfokuskan jenis transportasi publik yang bakal dikembangkan. Sebab, selama ini pengembangan tersebut masih belum jelas arahnya hal itu seperti kebijakan yang menjadikan kendaraan roda dua sebagai transportasi umum, padahal tingkat keamanannya masih terbatas. (MJ)